Suara.com - Indonesia berpotensi alami lonjakan kasus Covid-19 akibat virus corona subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
Epidemiolig Universitas Griffith Australia dr. Dicky Budiman mengatakan, dari hasil riset telah dipastikan kedua subvarian itu memiliki kemampuan 1,2 kali lebih cepat menular dibandingkan Omicron asli.
Di sisi lain, ancaman lonjakan kasus diperkirakan tidak akan lebih berbahaya dibandingkan dengan wabah varian Delta tahun lalu.
Dokter Dicky menyebut Indonesia punya 'keuntungan' pernah mengalami lonjakan varian Delta sebagai modal untuk hadapi paparan BA.4 dan BA.5 saat ini.
Baca Juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Meroket Hingga Nyaris Seribu, Bakal Ada Gelombang Baru?
"Salah satu yang menjadi keuntungannya adalah orang-orang yang terpapar, terutama yang sudah tervaksinasi lengkap, itu akan jauh lebih efektif akan punya proteksi silang terhadap BA.4 dan BA.5," kata dr Dicky kepada Suara.com, Selasa (14/6/2022).
Ia menambahkan bahwa mutasi subvarian BA.4 dan BA.5 memiliki kemiripan dengan Delta L452 yang membuatnya lebih mudah terikat pada reseptor Ace2, sehingga mudah masuk ke tubuh manusia. Akibatnya, infeksi lebih mudah terjadi dan virus mudah bereplikasi di paru.
"Ini yang membuat sebagian dari gejala yang terinfeksi BA.4 dan BA.5, khususnya yang belum divaksinasi lengkap atau belum terinfeksi dan belum tervaksinasi, terlihat hampir mirip dengan gejala Delta."
"Ada hilang penciuman, merasa lelah, dan pada kasus yang berat bisa seperti Delta harus ke rumah sakit," paparnya.
Selain itu, kedua subvarian tersebut juga bisa menginfeksi ulang. Tetapi, dengan imunitas dari vaksinasi dan kekebalan alami pasca terinfeksi bisa modal untuk mencegah perburukan gejala akibat infeksi BA.4 dan BA.5. Namun, tentunya harus diimbangi dengan penerapan protokol kesehatan.
Baca Juga: Kenapa Kasus COVID-19 di Indonesia Naik?
"Negara-negara yang meskipun sudah terdampak gelombang Delta, memiliki modal imunitas yang memadai lebih dari 70 persen, tapi yang namanya BA.4 dan BA.5 ini efektif karena banyak rota virusnya di hidung."
"Sehingga vaksin, status imunitas saja tidak bisa jadi andalan. Harus tetap dikombinasi dengan masker. Jadi pemakaian masker itu penting, meskipun pemakaiannya tidak diwajibkan," pungkasnya.