Suara.com - Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin mengumumkan adanya delapan kasus Covid-19 subvarian BA.4 dan BA.5 di Indonesia.
Melalui Konferensi Pers yang disiarkan di Youtube Channel Sekretariat Presiden pada Senin (13/06/2022), Budi mengungkapkan, tiga kasus subvarian baru tersebut datang dari luar negeri. Sedangan, lima kasus lainnya berasal dari transmisi lokal di Jakarta.
Diperkirakan kasus subvarian BA.4 dan BA.5 ini dapat melonjak naik beberapa bulan ke depan. Hal ini karena kasus Covid 19 subvarian BA.4 dan BA.5 di berbagai negara belahan dunia mengalami kenaikan akhir-akhir ini.
Meskipun demikian, Budi mengatakan, setelah dilakukan pengamatan dari kasus di Afrika, penularan subvarian BA.4 dan BA.5 sendiri terbilang cukup kecil.
Baca Juga: Muncul Varian Omicron BA.4 dan BA.5, Jokowi Minta Akses Vaksin Booster Dipermudah
Untuk kasus puncak penularan dan hospitalisasi berdasarkan pengamatan, subvarian BA.4 dan BA.5 hanya sekitar satu pertiga dari varian Omicron dan Delta.
“Hasil pengamatan kami, puncak dari penularan varian BA.4 dan BA.5, ini sekitar sepertiga dari puncak Delta dan Omicron, kasus hospitalisasinya juga sepertiga dari kasus Delta dan Omicron,” ucap Budi.
Sementara itu, Budi menambahkan, kasus kematiannya juga cenderung lebih rendah. Berdasarkan pengamatan, kasus kematian subvarian BA.4 dan BA.5 hanya sekitar satu persepuluh dibandingkan varian Delta dan Omicron.
”Sedangkan kasus kematiannya sepersepuluh dari kasus kematian di Delta dan Omicron,” sambungnya.
Dengan demikian, meskipun kasus Covid 19 mengalami kenaikan di beberapa negara di dunia, puncak kenaikan kasus, hospitalisasi, dan kematian jauh lebih rendah dibandingkan varian Delta dan Omicron.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Tinggi Lagi, Menko Airlangga Hartarto Masih Santai
Meskipun terbilang lebih aman dan tidak terlalu berbahaya, Budi menuturkan, pemerintah akan terus memantau kelanjutan kasus subvarian BA.4 dan BA.5 ke depannya.
Tidak hanya itu, dari pihak pemerintah juga tetap menyuarakan masyarakat untuk melakukan vaksin booster karena dikhawatirkan kasus akan melonjak pada Juli mendatang.
Menurut Budi, jika masyarakat melakukan booster, akan memiliki kemungkinan puncak kenaikan kasus subvarian BA.4 dan BA.5 tidak terlalu tinggi. Selain itu, dengan booster Budi menilai kekebalan tubuh masyarakat akan bertahan lebih lama.
“Kalau memang masyarakat kita siap, termasuk dengan boosternya baik, kemungkinan puncaknya tidak tinggi. Ditambah booster ini, daya tahan imunitas masyarakat akan bertahan enam bulan lagi,” ucap Budi.