Mengenal Five Stages of Grief, Lima Tahap Kesedihan yang Kerap Dialami Orang yang Baru Ditinggal Mati Sosok Terkasih

Risna Halidi Suara.Com
Senin, 13 Juni 2022 | 08:11 WIB
Mengenal Five Stages of Grief, Lima Tahap Kesedihan yang Kerap Dialami Orang yang Baru Ditinggal Mati Sosok Terkasih
Ilustrasi menangis. (Pixabay/StockSnap)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Five stages of grief atau lima tahap kesedihan merupakan sebuah model yang dibuat oleh seorang psikiatris bernama Elisabeth Kübler-Ross. Teori ini menjadi populer setelah ia menerbitkan buku pertamanya berjudul On Death and Dying, yang terbit pada 1969 lalu.

Dalam buku tersebut, Elisabeth sebenarnya lebih menggambarkan lima tahap kesedihan yang kerap dialami orang dengan sakit parah, yang hendak menghadapi kematiannya sendiri.

Namun pada akhirnya, teori tersebut diadaptasi menjadi cara berpikir tentang kesedihan secara umum, termasuk saat seseorang ditinggal pergi selamanya oleh orang-orang terkasih.

Dikutip dari laman organisiasi asal Inggris - Cruse, berikut adalah lima tahap kesedihan beserta pengertiannya.

Baca Juga: Apa itu Black Hole? Lubang Hitam yang Baru-Baru Ini Tampak di Galaksi Kita

ilustrasi sedih (unsplash)
ilustrasi sedih (unsplash)

1. Denial atau Penyangkalan
Orang yang berduka awalnya akan merasa denial atau menyangkal, seolah-olah tidak terjadi apa-apa atau sulit percaya bahwa orang terkasih sudah pergi dan tidak akan pernah kembali.

Sangat umum untuk merasakan kehadiran seseorang yang telah meninggal, mendengar suara mereka atau bahkan melihat mereka di tahap ini.

2. Anger atau Amarah
Kemarahan adalah emosi yang sepenuhnya alami, dan sangat wajar setelah ditinggal seseorang yang kita kasihi meninggal dunia.

Kematian bisa tampak kejam dan tidak adil, terutama ketika Anda merasa seseorang telah meninggal sebelum waktunya atau Anda memiliki rencana untuk masa depan bersama orang tersebut.

Sangat umum untuk merasa marah terhadap takdir, atau bahkan marah pada diri sendiri untuk setiap hal-hal yang telah kita lakukan atau tidak kita lakukan sebelum kematian mereka.

Baca Juga: Yuk Belajar Ramah dengan Perasaan Sendiri!

3. Bargaining atau Tawar-menawar
Saat kita merasa sakit, terkadang sulit untuk menerima bahwa tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mengubah keadaan. Tawar-menawar adalah ketika kita mulai membuat kesepakatan dengan diri sendiri, atau mungkin dengan Tuhan.

Kita ingin memercayai bahwa andai saja kita melakukan sesuati, maka hal itu akan membuat perasaan menjadi lebih baik. Dalam tahap ini, sangat umum jika kita banyak melakukan pengandaian dan mengutarakan pernyataan seperti "andai saja".

4. Depresi
Kesedihan dan kerinduan adalah apa yang paling sering kita pikirkan ketika kita memikirkan kesedihan. Rasa sakit ini bisa sangat intens dan datang dalam gelombang besar selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Hidup bisa terasa seperti tidak lagi memiliki makna, dan itu bisa sangat menakutkan.

5. Acceptance atau Penerimaan
Secara bertahap, kebanyakan orang dapat menemukan bahwa rasa sakit mereda, dan mungkin menerima apa yang telah terjadi. Kita mungkin tidak akan pernah melupakan kematian seseorang yang begitu berharga.

Tetapi kita dapat belajar untuk hidup kembali, sambil menyimpan kenangan akan orang-orang yang telah hilang di dekat kita.

Catatan Redaksi:
Hidup seringkali sangat sulit dan membuat stres, tetapi kematian tidak pernah menjadi jawabannya. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit dan berkecederungan bunuh diri, sila hubungi dokter kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah sakit terdekat.

Anda juga bisa menghubungi LSM Jangan Bunuh Diri melalui email [email protected] dan telepon di 021 9696 9293. Ada pula nomor hotline Halo Kemkes di 1500-567 yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi di bidang kesehatan 24 jam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI