Suara.com - Kasus stunting atau kekerdilan di Sulawesi Tengah (Sulteng) masih terus meningkat. Saat ini, Sulteng berada pada urutan 8 teratas dari seluruh provinsi di Indonesia dengan prevalensi kasus stunting tertinggi, yaitu tercatat 29,7 persen dari total penduduk Sulteng.
Menurut Ketua Pusat Penelitian Kesehatan, Keluarga Berencana dan Stunting Universitas Tadulako, Rosmala Nur, pernikahan dini menjadi salah satu persoalan yang berkontribusi terhadap peningkatan kasus stunting di provinsi ini.
Itu sebabnya, pernikahan dini harus dicegah untuk menekan angka stunting pada anak. Karena menurutnya, anak yang lahir dari orang tua yang menikah di usia dini rentan mengalami stunting.
Selain pernikahan dini, stunting juga bisa dialami oleh seorang anak karena faktor lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat.
Baca Juga: Cegah Stunting Sejak Dini, Pakar Sarankan Anak Agar Terbiasa Sarapan
"Di Sulteng, yang paling tinggi prevalensi kasus stuntingnya di Kabupaten Sigi, yakni mencapai 40,7 persen dan di Parigi Moutong 31,8 persen dari total penduduk. Setelah saya teliti, yang paling berkontribusi terhadap kasus stunting di dua daerah itu adalah pernikahan dini," katanya di Donggala, Kamis (9/6/2022), mengutip Antara.
Pernikahan dini yang terjadi, lanjutnya, bukan karena dijodohkan, tetapi karena hamil di luar nikah. Anak yang lahir akibat hamil di luar nikah dan orang tuanya menikah saat masih berusia dini berpotensi besar mengalami stunting, karena melakukan hubungan suami istri yang tidak sehat.
"Apalagi, kalau menikah dini, pengetahuannya mengenai tata cara merawat dan memberikan asupan gizi kepada anaknya masih rendah. Contoh, saat saya ke Desa Doda di Kabupaten Sigi, saya menemukan ada seorang wanita yang berusia 17 tahun dan anaknya sudah dua. Dia tidak tahu bagaimana cara merawat anak dan pentingnya memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang baru lahir," ujarnya.
Rosmala mengatakan penting peran semua pihak mulai dari masyarakat, tenaga kesehatan, utamanya pemerintah daerah, untuk bergandengan tangan bersama-sama mengatasi persoalan stunting di Sulteng.
Terutama aktif memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat lewat kegiatan sosialisasi tentang pentingnya mencegah anak mengalami stunting, salah satu caranya dengan tidak melakukan pernikahan dini.