Suara.com - Pada Desember 2020, Siobhan Harrison (24) asal Inggris mengira benjolan di payudara bagian atasnya adalah jerawat. Ia pun mencoba untuk memencetnya.
Namun, benjolan itu menjadi memar dan kemudian membesar.
"Aku mengawasinya sebentar dan menyadarinya semakin membesar. Tapi benjolan itu mulai membuatku khawatir, jadi aku memeriksakan diri ke dokter," kata Harrison, dikutip Insider.
Dokter pun merujuknya untuk pemeriksaan lebih lanjut, tetapi daftar tunggunya sampai 9 bulan. Jadi Harisson harus melakukan USG di rumah sakit swasta.
Hasilnya menunjukkan bahwa benjolan tersebut kemungkinan kanker, sehingga ia didaftarkan ke NHS (layanan kesehatan Inggris) untuk biopsi, yang dilakukan pada Juni 2021.
Benjolan tersebut adalah aknker payudara triple-negatif stadium dua. Artinya, kankernya telah tumbuh ke jaringan terdekat, tetapi belum ke organ lain.
Sementara triple negatif berarti bentuk kanker payudara yang menyebar lebih cepat, hanya ada sedikit pilihan pengobatan dan cenderung hasilnya lebih buruk daripada kanker jenis lainnya.
Kanker ini paling sering terjadi pada wanita di bawah 40 tahun dan memiliki mutasi BRCA1.
"Aku sangat sedih. Kankernya tumbuh cepat, dan benjolan itu sekarang berukuran lebih dari 2 cm. Dokter menjadwalkanku untuk operasi minggu depan, semuanya terjadi sangat cepat," lanjutnya.
Baca Juga: Studi: Operasi Bariatrik pada Penderita Obesitas Mengurangi Risiko Kanker secara Signifikan
Harrison pun jalani operasi pengangkatan sel kanker dan memutuskan untuk membekukan telurnya sebelum jalani kemoterapi ke-12 karena pengobatan ini dapat mengurangi kesuburan.
Ia juga menjalani terapi radiasi selama dua minggu pada awal 2022 untuk mencegah kanker berulang. Kini, kondisinya sedang dipantau.
Atas kejadian ini, Harrison mengimbau para perempuan muda untuk tidak mengabaikan kesehatan payudara dan memeriksa perubahan pada payudara.