Orangtua Mesti Tahu, Begini Cara Terapkan Pembelajaran Bermakna Bagi Anak Sejak Dini

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 07 Juni 2022 | 11:00 WIB
Orangtua Mesti Tahu, Begini Cara Terapkan Pembelajaran Bermakna Bagi Anak Sejak Dini
Orangtua Mesti Tahu, Begini Cara Terapkan Pembelajaran Bermakna Bagi Anak Sejak Dini. (Dok: Zenius)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orang tua punya peran penting dalam menumbuhkan minat anak untuk belajar. Sayangnya, kesibukan pekerjaan sehari-hari seringkali membuat orang tua merasa kurang bisa memandu anak-anaknya.

Adaptif terhadap teknologi saja belum cukup untuk mendampingi anak dalam belajar. Orang tua juga harus memahami bagaimana menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

Sehingga mampu menumbuhkan minat anak untuk belajar. Salah satunya adalah melalui konsep “makna belajar” atau meaningful learning.

Tapi, apa ititu pembelajaran bermakna atau meaningful learning? Dalam keterangan yang diterima Suara.com dari Zenius, Selasa, (7/6/2022), psikolog anak Samanta Elsener mengatakan, “Mindful learning atau pembelajaran bermakna merupakan keadaan ketika kita memiliki kesadaran mental mengenai apa yang sedang terjadi, fokus terhadap hal yang sedang dipelajari, dan menerima apa yang sedang diajarkan, termasuk perbedaan pendapat di dalamnya.” 

Baca Juga: HIPMI Batam dan Paguyuban Pasundan Salat Gaib dan Kirim Doa untuk Anak Ridwan Kamil

Orangtua Mesti Tahu, Begini Cara Terapkan Pembelajaran Bermakna Bagi Anak Sejak Dini. (Dok: Zenius)
Orangtua Mesti Tahu, Begini Cara Terapkan Pembelajaran Bermakna Bagi Anak Sejak Dini. (Dok: Zenius)

Makna ini terdiri dari aspek Acceptance, Awareness, dan Attention atau disebut Triangle of Mindfulness, yaitu:

1. Acceptance

Acceptance dalam makna belajar adalah situasi di mana anak sudah mampu menerima berbagai pandangan dan pendapat orang lain. Cara melatihnya dapat dilakukan melalui diskusi secara terbuka. 

2. Awareness

Hal yang mampu membuat anak merasakan belajar bermakna adalah ketika mereka menyadari kegunaan dari ilmu yang dipelajarinya dalam mencapai cita-cita. Misalnya, agar bisa menakar dosis obat dengan benar, anak-anak harus menguasai matematika. Dengan kesadaran akan manfaat yang bisa mereka miliki, anak akan terpacu untuk terus belajar.

Baca Juga: Please Make Me Look Pretty: Dokumenter Menyentuh Penderita Down Syndrome

3. Attention

Attention dalam konsep belajar bermakna adalah mengkondisikan anak agar bisa fokus belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Samanta mencontohkan bahwa jika anak memiliki gaya belajar auditori (memahami materi melalui suara dan instruksi), orang tua dapat sering-sering mengajaknya berdiskusi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki anak.

Lalu, bagaimana orang tua dapat menciptakan pembelajaran bermakna bagi anak? Dikutip dari Head of Academics Primary - Zenius, Yuujisensei, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk menerapkan pembelajaran bermakna bagi anak:

1. Tanamkan Bahwa Belajar adalah Hak, Bukan Kewajiban

Yuujisensei mencontohkan, ketika anak-anak menjalankan kewajibannya untuk membantu orang tua, misalnya mencuci piring atau menyapu, umumnya anak tidak benar-benar menyukai kegiatan itu. Namun, karena sadar bahwa membantu orang tua adalah kewajiban, mereka akan tetap menjalankan kewajibannya secara sukarela. 

Jika konsep kewajiban ini kita aplikasikan ke kegiatan belajar, maka anak pun hanya belajar karena keharusan. Oleh karena itu, posisikan belajar sebagai hak agar anak tahu bahwa mereka berkesempatan untuk menggali ilmu sebanyak mungkin guna mewujudkan cita-citanya.

2. Dampingi Anak saat Belajar

Hal ini dapat dilakukan orang tua melalui kegiatan sederhana, seperti mengajak mereka menonton video pembelajaran, lalu berikan beberapa pertanyaan untuk melatih problem solving-nya. Jika anak belum mampu memahami materi dari video, ajak mereka untuk mempelajarinya kembali bersama-sama.

3. Jangan Paksa Anak Belajar

Selain dua cara di atas, Yuujisensei dan Samanta sepakat bahwa metode pembelajaran konvensional berupa punishment and reward sudah tidak relevan lagi. Carilah apa yang menjadi ketertarikan untuk anak dan adaptif pada hal tersebut. 

Jika anak suka bermain game, berikan dia kesempatan bermain game, misalnya satu jam per hari. Jika anak sulit berhenti bermain, orang tua dapat menggunakan parenting tool yang biasanya dapat diunduh dengan mudah. Aplikasi ini akan menonaktifkan handphone secara otomatis ketika waktu bermain sudah melebihi durasi yang kita tentukan.

4. Kondisikan Lingkungan dan Waktu Belajar

Yuujisensei juga menjelaskan bahwa orang tua perlu mengkondisikan lingkungan belajar. Misalnya, dengan meminta anggota keluarga lain menurunkan volume suara televisi ketika anak-anak sedang belajar agar situasi belajar tetap kondusif. 

Untuk menciptakan meaningful learning, orang tua juga bisa dibantu dengan beberapa tools, misalnya ZeniusLand. ZeniusLand merupakan aplikasi belajar yang dirancang khusus untuk anak usia 7-12 tahun yang dilengkapi dengan kurikulum Zenius dan video konsep yang dipandu oleh karakter Tiga Sekawan dan cerita-cerita menarik dari Disney. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI