Suara.com - Kementerian Kesehatan meminta para Kepala Daerah mulai mengaktifkan kegiatan Car Free Day (CFD) setiap Minggu untuk meningkatkan aktifivitas fisik masyarakat. Imbauan itu diberikan seiring melandainya kasus Covid-19 di Indonesia.
Kepala Sub Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Kementerian Kesehatan dr. Theresia Sandra Diah Ratih. MHA., mengatakan, masyarakat dinilai kurang bergerak selama pembatasan aktivitas di luar rumah akibat pandemi Covid-19.
Padahal, kurangnya aktivitas fisik bisa meningkatkan risiko terkena penyakit tidak menular (PTM), termasuk kardiovaskuler atau penyakit jantung.
"Kita perlu mengaktifkan car free day agar masyarakat kembali bergerak. Karena pandemi kemarin masyarakat banyak yang kurang bergerak," kata dokter Sandra dalam acara webinar beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Kemenkes Temukan Warga Cilandak Jakarta Selatan Diduga Terjangkit Cikungunya
Ia menjelaskan, gaya hidup jadi faktor utama penyebab risiko penyakit yang kardiovaskuler. Misalnya terlalu banyak konsumsi makanan tidak sehat, seperti tinggi gula, garam, dan lemak.
Pun dengan kurang konsumsi sayur dan buah, kebiasaan merokok, dan minum alkohol. Juga kurang aktivitas fisik.
"Makin mager alias malas gerak itu jadi salah satu tren yang banyak terjadi saat ini, terutama dengan adanya covid. Pada awal-awal (pandemi) kita takut keluar rumah karena covid, kemudian jadi kebiasaan. Akhirnya sekarang lebih berat lagi, jadi tingkat obesitas kita juga meningkat dengan berjalannya waktu," ujarnya.
Orang yang mengalami obesitas lebih berisiko tinggi alami penyakit jantung di kemudiam hari. Dokter Sandra mengingatkan bahwa risiko itu tidak hanya rentan pada orang dewasa, tapi juga anak-anak.
Oleh sebab itu, Kemenkes meminta agar orangtua juga mengajak anaknya untuk ikut aktivitas fisik saat CFD tersebut.
"Kita ketahui, obesitas pada anak juga menyebabkan banyak sekali gangguan, menjadi kebiasaan sampai dewasa, akhirnya gagal jantung," ucapnya.
Berdasarkan data Global status report pada 2019 terjadi 17,8 juta kematian atau satu dari 3 kematian di dunia setiap tahun disebabkan penyakit jantung.
Data Riset Kesehatan Dasar Kemenkes tahun 2018 juga tercatat kalau prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5 persen.
Penyebab kematian terbanyak di Indonesia akibat penyakit tidak menular. Dokter Sandra menjabarkan, tertinggi akibat stroke 19,4 persen, kardiovaskuler 14,4 persen, kanker 13,5 persen, diabetes melitus dan komplikasinya 6,2 persen.