Suara.com - Meluruskan mitos-mitos seputar kesehatan reproduksi merupakan tugas tenaga kesehatan, termasuk bidan.
Inilah yang membuat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meminta semua bidan untuk lebih berempati saat meluruskan mitos-mitos yang menyimpang pada saat memperkenalkan program Keluarga Berencana (KB) pada masyarakat.
“Bidan atau dokter itu terkadang saat menjelaskan tidak mempunyai empati. Menganggap bahwa pasien itu dokter juga, jadi bahasanya terlalu tinggi. Seharusnya saat melakukan tindakan, itu dijelaskan tindakannya itu seperti apa,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dikutip dari ANTARA.
Hasto menuturkan sebagai seorang tenaga kesehatan, bidan harus memegang teguh etos, logos dan patos yang dikenalkan oleh filsuf bernama Aristoteles saat melakukan komunikasi dengan keluarga sehingga edukasi terkait alat kontrasepsi berjalan dengan lebih baik.
Baca Juga: Meminimalisir Pernikahan Dini dengan Inovasi KEJARI
Sebab, hal tersebut dapat membantu meluruskan berbagai mitos mengenai program KB yang hingga kini masih tertancap kuat di dalam masyarakat. Salah satunya adalah pemakaian alat kontrasepsi IUD yang dianggap berbahaya dan memberikan dampak buruk pada kelahiran anak.
Menurut Hasto guna meluruskan mitos tidak mendasar tersebut, bidan harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan banyak mengedukasi para ibu terkait keunggulan dari alat kontrasepsi itu sendiri. Apalagi sebesar 80 persen ibu melakukan persalinan di tempat bidan.
“IUD itu istimewa karena IUD ada dari tembaga, tapi juga yang free dan tidak mengandung hormon. Jadi entah orang itu punya tubuh yang kurus atau gemuk, ada jerawat, ada flek, itu tidak akan terpengaruh oleh IUD,” kata dia.
Ia juga menyarankan supaya bidan menjelaskan apabila IUD akan diletakkan di dalam rahim ibu dan tidak akan bergerak ataupun mempengaruhi organ tubuh manapun atau tertancap di dalam tubuh bayi yang dikandung.
Dengan demikian, Hasto berharap minat pemakaian alat kontrasepsi di dalam masyarakat yang sampai saat ini baru mencapai sekitar 29 persen atau sekitar 1,5 juta lebih ibu itu dapat meningkat agar dapat memberikan jarak antar kelahiran sehingga kekerdilan pada anak (stunting) tidak terjadi.
Baca Juga: Pasangan Calon Pengantin di Kepri Disarankan untuk Periksa Kesehatan untuk Cegah Stunting
“Semua orang habis melahirkan kalau ditanya apakah ingin hamil tahun ini jawabannya pasti tidak. Tapi kalau ditanya ingin KB jawaban juga tidak. Inilah masalah yang paling dekat dengan masyarakat, makanya bidan adalah tenaga yang luar biasa dan tangguh yang dapat menyelesaikan masalah itu,” ucap Hasto.