Suara.com - Semua orangtua pasti pusing hingga frustasi ketika menghadapi anak tantrum. Apalagi, kalau orang sekitar mulai merasa terganggu.
Tapi, Anda harus tahu bahwa tantrum bukanlah perilaku buruk, seperti yang ditafsirkan oleh kebanyakan orang.
Tantrum justru bagian penting dari perkembangan anak dan ada dalam berbagai bentuk serta ukuran. Bila Anda ingin mengendalikan anak yang tantrum, Anda perlu memahami penyebabnya.
Tak bisa dipungkiri, orangtua mungkin rasanya ingin membentak, memukul atau meninggalkan anaknya ketiak tantrum dan sudah putus asa. Namun, tindakan itu pastinya tidak mungkin dilakukan dan tidak bisa dibenarkan.
Baca Juga: 5 Fakta Virus Hendra Lebih Mematikan dari Covid-19, Jangan Panik Simak penjelasannya!
Dilansir dari Times of India, tantrum adalah respons terhadap emosi kuat yang dirasakan anak Anda, baik itu disebabkan oleh kemarahan, frustasi, ketakutan atau kesedihan.
Karena mereka masih belum bisa mengelola dan mangatasi emosi itu, mereka pun akan menjadi tantrum dengan menangis, berteriak, menjatuhkan diri, menendang atau membenturkan sesuatu.
Semua ini adalah perilaku yang normal, meskipun sikap anak yang tantrum ini mungkin sulit diterima oleh lingkungan dan dinilai tidak sopan.
Tantrum paling sering terjadi pada balita karena keterampilan sosial dan emosional mereka baru mulai berkembang. Sebab, mereka belum memiliki kosakata untuk mengkomunikasikan perasaannya.
Terkadang, mereka tidak dapat mengelola emosinya karena sebagian dari mereka menginginkan kemandirian dan eksplorasi pada usia ini.
Baca Juga: Waspada, Virus Corona Covid-19 Bisa Berdampak Buruk pada 5 Organ Tubuh Ini!
Tapi, mereka juga takut berpisah dengan Anda. Jadi, Anda harus paham bahwa balita masih belajar untuk memahami lingkungan dan mereka menemukan bahwa tindakan mereka dapat mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka.