Mengenal Pengertian Penyandang Disabilitas Perkembangan Serta Jenis dan Risiko Masalah yang Dihadapi di Masa Depan

Risna Halidi Suara.Com
Jum'at, 03 Juni 2022 | 06:05 WIB
Mengenal Pengertian Penyandang Disabilitas Perkembangan Serta Jenis dan Risiko Masalah yang Dihadapi di Masa Depan
Ilustrasi anak penderita autis. (Unsplash)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyandang disabilitas perkembangan kerap tidak dapat menerima layanan medis tepat waktu karena kesulitan mengungkapkan gejala sakit yang mereka derita.

Penyandang disabilitas perkembangan atau developmental disability sendiri merupakan gangguan kompleks yang menyebabkan gangguan fisik, disabilitas intelektual, gangguan bicara, dan kondisi medis tertentu.

Disabilitas perkembangan terkadang dapat didiagnosis saat lahir, tetapi akan lebih teridentifikasi saat anak menginjak usia tiga hingga enam tahun.

Contoh dan jenis disabilitas perkembangan di antaranya autisme, cerebral palsy, kelainan kromosom seperti trisomi, sindroma down, hingga tourette syndrome dan velocardiofacial syndrome.

Baca Juga: Uya Kuya Tak Percaya Medina Zein Idap Gangguan Jiwa, Kenali Ciri-Ciri Orang dengan Kondisi Mental Ini

Menurut Psikolog dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Tri Puspitarini, ada lima masalah yang berisiko dihadapi oleh anak penyandang disabilitas perkembangan.

Kelima masalah itu adalah masalah masalah akademik, konsep diri negatif, masalah keluarga dan keuangan, masalah komunikasi dan pergaulan, serta masalah akses pelayanan kesehatan.

"Anak biasanya mengalami masalah akademik, dicap autis, bodoh, pengganggu, pembullyan kata-kata, perundungan fisik, dan penolakan," kata Tri Puspitarini dalam acara Daewoong Developmental Disability, beberapa waktu lalu.

Untuk membantu meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas perkembangan di Indonesia, Daewoong memperkenalkan kampanye ‘Say Pain!’, sebuah kampanye CSR yang telah sukses di Korea.

Saat ini Daewoong Pharmaceutical memproduksi buku bergambar Augmentative and Alternative Communication (AAC) yang dapat membantu anak lamban belajar mengungkapkan gejala penyakit secara akurat kepada staf medis atau pendampingnya.

Baca Juga: Kenali Gangguan Depresi Mayor Sejak Dini dan Ambil Langkah Tepat

Di Korea Selatan, buku tersebut distribusikan secara gratis ke 583 rumah sakit, klinik, sekolah khusus, dan pusat kesejahteraan.

Daewoong akan mempublikasikan isu penyandang disabilitas perkembangan di Indonesia dan mengembangkan buku bergambar AAC yang disesuaikan dengan bahasa dan budaya Indonesia.

Selain berkolaborasi dengan organisasi dan pakar terkait di Korea dan Indonesia, proyek ‘Say Pain!’ akan bekerja sama dengan mahasiswa Indonesia yang tertarik dengan isu-isu sosial lewat program bertajuk Daewoong Social Impactor angakatan ke-2.

Daewoong Social Impactors angkatan ke-2, yang dipilih melalui tingkat persaingan ketat 14 banding 1, akan mengangkat agenda sosial untuk meningkatkan lingkungan medis penyandang disabilitas perkembangan dan mencari solusi dengan pakar lokal, selama lima bulan mulai bulan Juni.

"Kami selalu mencari kontribusi sosial untuk membantu masyarakat Indonesia”, menambahkan “Saya ingin memberikan apresiasi kepada Daewoong Social Impactor angkatan kedua, yang akan memimpin kampanye Say Pain! di Indonesia," CEO Daewoong Pharmaceutical Company Indonesia, Sengho Jeon.

Tahun ini, 20 finalis terpilih sebagai 2nd Daewoong Social Impactor, melalui penyaringan dokumen dan wawancara online, yanga akan mendapatkan beasiswa senilai Rp7,8 juta per orang dan “Starter Pack” yang dibutuhkan untuk kegiatan.

Selain itu, beasiswa khusus akan diberikan kepada tim yang berprestasi, dan program instruktif akan diberikan untuk mengembangkan kemampuan setiap peserta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI