Suara.com - Jerawat hormonal terkait dengan fluktuasi hormon estrogen dan progesteron, yang cenderung muncul di wajah, dada, bahu, dan punggung.
Jerawat hormonal ini juga muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari komedo, whiteheads, papula, jerawat atau nodul.
Dokter Sohere Roked menjelaskan munculnya jerawat bisa disebabkan oleh hormonal atau bakteri terlihat dari tingkat keparahan flare-up atau kondisinya yang memburuk selama ketidakseimbangan hormon.
Misalnya, jerawat kistik yang biasa muncul di daerah dagu atau rahang bisa diindikasikan sebagai jerawat hormonal.
Baca Juga: Kelompok Orang Ini Berisiko Terinfeksi Virus Hendra, Begini Cara Mencegahnya!
"Kelebihan hormon dalam tubuh kita merangsang kelenjar minyak yang paling banyak di sekitar daerah dagu," kata Dokter Roked dikutip dari Express.
Jerawat hormonal juga cenderung muncul di area yang sama berulang kali. Selain fluktuasi hormonal, stres dapat memperburuk kondisi karena pelepasan kortisol.
"Perawatan kulit yang efektif dimulai dari dalam, terutama pada jerawat yang disebabkan oleh fluktuasi hormonal," kata Doctor Roked.
Ia pun menyarankan orang yang mengalami jerawat hormonal untuk mengonsumsi suplemen alami seperti Agnus Castus.
Supelemen Agnus Castus ini membantu menyeimbangkan hormon untuk mencegah munculnya jerawat hormonal.
Baca Juga: Virus Hendra Lebih Mematikan dari Virus Corona, CDC Ungkap Gejalanya!
Selain itu, Anda juga bisa menggunakan krim progesteron untuk menyeimbangkan hormon guna memperbaiki kulit di sekitar siklus.
Minyak evening primrose yang mengandung asama lemak juga berkontribusi pada kesehatan kulit secara keseluruhan dengan mengurangi peradangan sekaligus mengobati jerawat.
"Tubuh kita tidak secara alami memproduksi asam lemak ini. Jadi, Anda bisa memperolehnya dari minyak tumbuhan," jelasnya.
Dokter Sameer Sanghvi, dokter umum dari LloydsPharmacy, mengatakan jerawat hormonal yang tidak diobati bisa menyebabkan kista dan jaringan parut pada kulit.
Pada orang yang berjerawat, kelenjar sebaceous (yang membuat sebum untuk melumasi kulit) sangat sensitif terhadap hormon kita.
Perubahan hormon dapat menyebabkan kelenjar sebaceous memproduksi terlalu banyak sebum, yang menghalangi folikel rambut pada kulit.
Ketika folikel rambut yang tersumbat bergabung dengan sel-sel kulit mati, bintik-bintik akan berkembang.
"Cara mengelola jerawat ini tergantung pada banyak faktor, termasuk seberapa buruk kondisinya," jelas Dokter Sanghvi.
Pada kasus jerawat ringan, gel atau krim yang mengandung benzoil peroksida, bersifat antiseptik dan antiinflamasi sudah cukup membantu meredakannya.
Pada kasus jerawat yang lebih parah, lebih baik konsultasi dengan dokter umum. Mereka mungkin akan memberikan resep etinoid topikal, antibiotik tablet, atau isotretinoin.