Suara.com - Jumlah perokok di Indonesia bertambah 8 juta orang selam 10 tahun terakhir. Hal itu berdasarkan hasil Global Adult Tobacco Survey atau GATS 2021 yang dirilis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan, temuan ini cukup membuat miris, karena menjadi tantangan tambahan terkait pengendalian rokok di Indonesia.
"Jumlah kumulatif itu justru meningkat menjadi, kira-kira menambah 8 juta orang, ini tantangan penting bagi kita semua untuk melakukan upaya-upaya dalam penghentian merokok," ujar Wamenkes Dante saat konferensi pers di Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (1/6/2022).
Bertambahnya jumlah perokok ini didapat setelah GATS 2021, melakukan perbandingan survei yang sama pada 2011 silam, hasil kerjasama Kementerian Kesehatan RI, Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan Center for Disease Control and Prevention (CDC).
Baca Juga: Peserta BPJS Kesehatan Bisa Deteksi Dini Penyakit Jantung Gratis, Begini Caranya
Survei dilakukan dengan mewawancara sebanyak 8.305 orang di 2011, dibandingkan dengan wawancara terhadap 9.156 orang di 2021.
Hasilnya pada 2021, total 70,3 juta orang dewasa Indonesia merupakan perokok atau pengguna tembakau, dengan rincian 65,5 persen perokok adalah lelaki dan 3,3 persen perokok perempuan dewasa.
Suami atau lelaki yang mencari nafkah disebut cenderung lebih bebas membeli rokok dari penghasilannya. Sehingga, jumlah uang dikeluarkan per hari adalah Rp14 ribu, dengan rerata uang rokok sebanyak Rp382 ribu per bulan.
"Hal lain yang kami dapatkan secara sosial ekonomi adalah ternyata angka yang digunakan untuk belanja rokok lebih tinggi daripada angka yang digunakan untuk belanja makanan bergizi," tutur Wamenkes Dante.
Survei juga menemukan saat ini 19,2 persen pelajar Indonesia baik perempuan ataupun lelaki adalah pengguna produk tembakau atau perokok.
Baca Juga: Nilai Tembakau Ancam Lingkungan, Pemkot Bogor-PHRI Bakal Kampanye tidak Merokok di Restoran
Ada beragam cara pelajar masih bisa mengakses rokok, tapi mayoritas atau 76,6 persen pelajar merokok membeli rokok dari toko, warung, penjual jalanan atau kios.
Parahnya sebagian besar atau 60,6 persen pelajar yang coba membeli rokok, tidak dicegah penjual rokok dan tetap bisa mengaksesnya.