Suara.com - Istilah stimulasi sensorik dan multisensorik mungkin belum terlalu akrab di telinga banyak orangtua yang memiliki bayi atau balita. Padahal stimulasi multisensorik sangat penting dalam mendukung perkembangan anak terutama di dua tahun pertama usia mereka.
Dikatakan dr. Melia Yunita SpA dalam acara Live IG bersama akun Teman Parenting beberapa waktu lalu, stimulasi multisensorik adalah stimulasi yang dilakukan bersamaan pada lima indera yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan peraba atau taktil.
"Kelima indera ini yang perlu dieskplor dengan stimulasi tepat, dikenal dengan stimulasi multisensorik. Artinya, dalam satu kali kegiatan dan satu waktu, orangtua bisa sekaligus melakukan stimulasi pada seluruh indera si Kecil."
Selain dapat menstimulasi otak melalui panca indera, kegiatan stimulasi multisensorik juga terbuki dapat menguatkan bonding antara orangtua dengan bayi. Namun hal yang terpenting, kata dr. Lia, lakukan dengan konsisten.
Baca Juga: Empati Pada Kang Emil dan Keluarga, Menteri Sandiaga Uno Pilih Mundur Sementara dari Sosmed
Stimulasi multisensorik bisa dimulai segera setelah bayi lahir yakni melalui Inisiasi Menyusui Dini (IMD). IMD ini adalah aktivitas stimulasi multisensorik yang sangat lengkap, dan dapat menstimulasi semua indera bayi.
Setelah IMD, stimulasi multisensorik seharusnya terus berlanjut melalui semua kegiatan sehari-hari selama pengasuhan bayi.
"Kedua orangtuanya harus meluangkan waktu dan hadir di setiap aktivitas bersama anak, dan lakukan interaksi dua arah. Tidak ada gunanya memberikan banyak mainan tetapi anak dibiarkan bermain sendiri," jelasnya.
Ia pun menjelaskan hal yang sebaiknya dihindari dalam melakukan stimulasi multisensorik yaitu overstimulasi atau melakukannya secara berlebihan.
Contohnya paparan layar baik televisi, komputer, maupun gagdet sebelum anak berusia 2 tahun. Menurur dr. Lia, semua tayangan di layar, memang dibuat sangat menarik untuk anak.
Baca Juga: Inilah Sosok Heinrich, Warga Lokal yang Selamatkan Adik Eril di Sungai Aare
"Namun bila dipaparkan pada anak yang usianya belum seharusnya terpapar layar, tetap disebut overstimulasi. Ada batasan kapasitas anak menerima stimulasi dan jika berlebihan akan berbahaya. Efek paling sering akibat screen time berlebihan adalah speech delay," jelas dr. Lia.