Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengatakan wabah cacar monyet tidak akan berkembang menjadi pandemi seperti infeksi Covid-19. Meski demikian, kesimpulan itu dianggap masih terlalu dini karena banyak hal yang belum diketahui ahli mengenai penyakit cacar monyet.
"Saat ini, kami tidak khawatir tentang pandemi global. Tapi, kami khawatir individu dapat tertular melalui paparan berisiko tinggi jika mereka tidak memiliki informasi yang dibutuhkan untuk melindungi diri sendiri," kata pejabat WHO Dr. Rosamund Lewis, dikutip dari Fox.
WHO mencatat sebagian besar kasus cacar monyet terjadi pada laki-laki gay dan biseksual. Tapi, Lewis memperingatkan bahwa siapa pun berpotensi berisiko terkena penyakit tersebut.
Cacar monyet menyebar ketika ada kontak dekat dengan individu yang terinfeksi, tetapi belum diketahui apakah juga bisa ditularkan secara eksklusif melalui hubungan seks. Lewis mengatakan, masih belum jelas apakah orang dapat menyebarkan cacar monyet tanpa gejala atau penyakit itu mungkin ditularkan melalui udara.
Baca Juga: Meski Penambahan Kasus Rendah, Pemkot Surakarta Minta Masyarakat Tak Lengah Antisipasi COVID-19
Secara umum, virus cacar monyet menyebar melalui sentuhan atau gigitan hewan liar yang terinfeksi di Afrika bagian Barat dan Tengah. Para ilmuwan belum menentukan apakah wabah ini dapat ditelusuri ke Afrika.
Data sementara di WHO ada 23 negara yang telah melaporkan danya infeksi cacar monyet dengan lebih dari 250 kasus sejauh ini. Cacar monyet sebenarnya menimbulkan gejala yang ringan. Beberapa dari gejala tersebut termasuk demam, menggigil, ruam dan nyeri. Kemudian lesi di kulit mulai berkembang.