Suara.com - Kasus Covid-19 di seluruh dunia bertambah 334.095 dalam 24 jam terakhir, Selasa (31/5/2022). Di waktu yang sama, angka kematian bertambah 762 jiwa.
Data pada situs worldometers tercatat, total kasus Covid-19 global telah mencapai 531,8 juta kasus dengan angka kematian lebih dari 6,31 juta jiwa sejak awal pandemi.
Korea Utara masih mendominasi kasus baru infeksi virus corona dunia dalam 24 jam terakhir. Tercatat ada 100.710 kasus baru Covid-19 di negara tersebut dalam sehari.
Menurut data Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), total kasus infeksi virus corona yang dilaporkan sejak akhir April menjadi lebih dari 3,55 juta dengan kematian secara resmi sebanyak 70 jiwa.
Baca Juga: Curiga Sudah Tertular Virus Cacar Monyet? Ahli Sarankan Hal Ini
Korea Utara tengah alami gelombang Covid-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya selama pandemi melanda dunia. Negara pimpinan Kim Jong Un itu langsung menyatakan keadaan darurat dan memberlakukan penguncian nasional selama Mei.
Puncak kasus harian terjadi pada 15 Mei lalu dengan lebih dari 392.000 orang alami gejala demam. Saat ini, negara itu diklaim telah mengalami tren penurunan wabah.
Kantor berita Jepang Kyodo, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya di Beijing, mengatakan pembatasan pergerakan telah dicabut di ibu kota Korea Utara pada Minggu (29/5).
Sementara kantor berita Korea Selatan Yonhap mengatakan aturan penguncian telah dilonggarkan sebagian.
Namun juru bicara kementerian unifikasi Korea Selatan yang menangani urusan antar-Korea mengatakan tidak dapat mengonfirmasi laporan tersebut, karena media pemerintah Korea Utara belum mengumumkan keputusan tersebut.
Baca Juga: Jokowi: Momentum Pemulihan Ini Harus Kita Jaga
Laporan pelonggaran pembatasan muncul tak lama setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memimpin pertemuan politbiro untuk membahas revisi pembatasan anti-epidemi.
Dia menilai bahwa situasi wabah Covid-19 di negaranya telah membaik, lapor media pemerintah KCNA, dikutip dari kanal berita Aljazeera.
Tetapi, banyak pakar luar mengatakan Korea Utara sengaja mengecilkan tingkat kematian akibat Covid-19 untuk mencegah kerusakan kondisi politik.
Mereka mengatakan, Korea Utara setidaknya mengalami lebih banyak kematian karena 26 juta penduduknya sebagian besar tidak divaksinasi Covid-19 dan tidak memiliki kapasitas untuk merawat pasien dengan kondisi kritis.