Suara.com - Otoritas kota Beijing perlahan mulai mengembalikan aktivitas masyarakat secara bertahap, setelah 37 hari penguncian ketat (lockdown).
Dilansir ANTARA, terpantau taman dan ruang terbuka masih tutup. Begitu juga dengan pusat perbelanjaan, mal, pasar, dan toko swalayan.
Sejumlah transportasi terpantau mulai beroperasi dengan dibukanya halte bus di jalan lingkar 3. Sementara, pintu gerbang stasiun kereta metro jalur 10 di Panjiayuan dan sekitarnya masih terkunci.
Beberapa kawasan permukiman juga masih dijaga ketat oleh aparat dan orang-orang yang tidak memiliki kepentingan dilarang masuk. Warga juga masih diwajibkan melakukan tes PCR massal setiap hari.
Baca Juga: Amien Rais Sarankan Masyarakat Tak Pilih Capres yang Terlalu Pro Barat atau China
Penutupan beberapa kawasan permukiman itu sempat memunculkan keributan antara warga dan aparat di Jalan Huawei Li Panjiayuan. Beberapa warga meminta aparat segera membuka blokade yang selama sebulan lebih dipasang di kompleks permukimannya.
Pada Jumat (27/5) di Beijing hanya terdapat 23 kasus positif baru, sedangkan Sabtu (28/5) hanya 12 kasus.
Beijing berhasil mengendalikan COVID-19 setelah dalam enam hari berturut-turut terjadi penurunan kasus baru dan delapan distrik justru tidak ada kasus, demikian Pemerintah Kota Beijing dalam pengarahan pers pada Sabtu (28/5).
Pelonggaran kontrol wilayah di Beijing tersebut bersamaan dengan berakhirnya masa kunjungan Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCHR) ke China terkait dengan isu Xinjiang yang berakhir pada Sabtu (28/5).
Oleh sebab itu, lockdown di Beijing menimbulkan berbagai spekulasi karena dianggap politis, bahkan sempat terjadi aksi protes di salah satu kampus ternama di Ibu Kota.
Baca Juga: Banjir Terjang China Bagian Selatan, 15 Orang Tewas