Kemenkes Ungkap Data Kesehatan di Indonesia Tidak Konsisten dan Tak Update, Apa Sebabnya?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 30 Mei 2022 | 13:49 WIB
Kemenkes Ungkap Data Kesehatan di Indonesia Tidak Konsisten dan Tak Update, Apa Sebabnya?
Ilustrasi dokter - (Pixabay/rawpixel)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Chief dari Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Setiaji, S.T., M.Si., mengatatakan bahwa sebagian besar data kesehatan di Indonesia tidak konsisten dan tidak update.

Hal ini karena masih terdapat lebih banyak catatan rekam medis yang tersimpan dalam bentuk kertas dibandingkan digital. Covid-19 memperlihatkan permasalahan sistemik yang harus diperbaiki, di mana peningkatan kapasitas dan resiliensi sistem kesehatan perlu dilakukan.

“Pandemi jadi semacam akselerator buat kita. Kami berharap pandemi ini bisa memberikan langkah-langkah percepatan," kata Setiaji seperti dikutip dalam keterangannya, Senin, (30/5/2022).

Menurut DR. Dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B, Sp.BTKV(K) MPH, Presiden Direktur Indonesia Healthcare Corporation, hanya terdapat sekitar tiga puluh orang programmer yang bergabung dalam timnya, dibandingkan dengan kurang lebih enam ribu anggota staf yang mendukung sistem IT Mayo Clinic di Amerika Serikat. Itu merupakan tantangan besar dalam transformasi digital pelayanan kesehatan.

Baca Juga: 4 Manfaat Buah Naga Merah untuk Kesehatan, Salah Satunya dapat Mencegah Anemia

Ilustrasi dokter (stock image)
Ilustrasi dokter (stock image)

“Challenge yang paling kita hadapi itu adalah working talent, di mana kita ketemu para dokter yang bisa bekerja bersama-sama dengan IT, dan orang-orang IT yang bisa bekerja dengan orang-orang medis,” jelasnya.

Sementara itu, Simon Lin dari Healthcare Information and Management Systems Society (HIMSS) mengatakan, organisasi nirlabanya telah memulai berbagai proyek dengan Indonesia Healthcare Corporation, Siloam Hospitals Group, serta RS Pondok Indah Group untuk mengukur kematangan maupun kapasitas kesehatan mereka secara digital.

“Kami bertujuan untuk menemukan cara memanfaatkan percepatan kesehatan digital yang sebagian terjadi akibat pandemi,” ujarnya Rabu.

Sebagai informasi, pada tahun kedua Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024, Healthcare Information and Management Systems Society (HIMSS) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia akan berkolaborasi untuk menyempurnakan regulasi, teknologi, sumber daya manusia, dan infrastruktur kesehatan sebagai bagian dari transformasi kesehatan digital negara.

Transformasi ini berfokus pada hasil yang berdasarkan solusi-solusi intelijen pemasaran, meliputi penilaian indikator kesehatan digital. Mengutamakan integrasi dan pengembangan sistem aplikasi data dan layanan kesehatan Indonesia, perbaikan tersebut pada akhirnya akan meningkatkan kualitas kebijakan kesehatan negara, efisiensi pelayanan kesehatan di setiap puskesmas, serta menciptakan ekosistem kesehatan yang kolaboratif antara pemerintah pusat, industri, dan masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Korea Utara Lebih Dulu 'Timbun' Masker, Vaksin dan Ventilator Sebelum Umumkan Kasus Pertama Covid-19

Hasilnya, masyarakat Indonesia akan mengakses layanan telemedicine untuk kondisi medis lainnya secara lebih efisien. Ini didukung sistem big data yang lebih ekstensif berdasarkan identitas kesehatan tunggal. Selama COVID-19, masyarakat telah mendapatkan manfaat dari layanan telemedicine yang tersedia di lebih dari selusin platform online. Ini memungkinkan para pasien untuk berkonsultasi dengan dokter dan menerima obat COVID-19 secara gratis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI