Suara.com - Tiap tahunnya, sekitar 31 juta orang mengalami infeksi sinus atau sinusitis. Biasanya infeksi sinus disebabkan oleh patogen yang tumbuh di sinus, yakni rongga berlubang yang terdapat di belakang, hidung, mata, alis, dan tulang pipi.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan bahwa virus dan bakteri merupakan penyebab paling sering dari sinusitis.
Biasanya, infeksi bakteri atau virus menyebabkan selaput lendir di sinus membengkak dan menghalangi bukaan kecil ke dalam sinus, yang mengganggu kemampuan lendir untuk mengalir.
Lendir yang terperangkap memungkinkan bakteri berkembang biak, menyebabkan rasa sakit dan tekanan di kepala dan wajah.
Baca Juga: Infeksi Jamur Aspergillosis Serang Sinus, Kenali 6 Gejalanya!
Gejalanya hampir sama seperti flu, tetapi perbedaan utamanya adalah berapa lama gejala itu bertahan, biasanya selama tujuh hari atau lebih.
Infeksi sinus terkadang disertai dengan demam ringan.
Dilansir Health, berikut gejala lain dari sinusitis:
- Pilek
- Hidung tersumbat
- Nyeri atau tekanan wajah
- Sakit kepala
- Lendir menetes ke tenggorokan (post-nasal drip)
- Sakit tenggorokan
- Batuk
- Bau mulut
Lendir hidung dari infeksi sinus juga berbeda dari pilek. Bila disebabkan oleh bakteri, infeksi sinus bisa mengalirkan warna hijau dan infeksi virus bisa berwarna lain.
Profesor THT di Harvard Medical School, Neil Bhattacharyya mengatakan bahwa belum diketahui pasti mengapa beberapa orang cenderung menderita sinusitis.
Baca Juga: Studi: Waspadai Tes Usap Covid-19 Jika Pernah Lakukan Operasi Sinus
Tetapi beberapa orang memiliki polip hidung atau masalah lain, termasuk alergi, yang dapat meningkatkan risiko infeksi sinus kronis.