Suara.com - Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap pikun atau demensia adalah hal yang wajar dialami orang berusia di atas 60 tahun atau lanjut usia (lansia).
Padahal menurut Neurolog dan Guru Besar FK UNIKA Atma Jaya, Prof. Dr. dr. Yuda Turana, SpS (K) pikun bukan penyakit yang bisa dianggap wajar, karena bisa dicegah agar kualitas hidup lansia tetap baik saat menjalani hari.
"Kondisi yang dialami oleh lansia ini tidak boleh diterima dengan pasrah. Deteksi dini dapat membantu keluarga menghindari beban psikologis dan finansial yang lebih berat," ujar Prof. Yuda dalam acara perayaan puncak Hari Lanjut Usia Nasional (HULN), Jumat (27/5/2022).
Demensia adalah istilah untuk sekelompok gejala yang memengaruhi memori, kemampuan berpikir, dan kemampuan sosial, yang cukup parah dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Neneknya Pikun, Cucu di Muara Jawa Ini Tega Aniaya Sampai Mata dan Lengan Tangan Sang Nenek Biru
Perlu diketahui, jika lansia tidak mengalami demensia atau pikun, serta bisa beraktivitas secara mandiri, memenuhi kebutuhannya sendiri seperti makan, sosialisasi hingga beraktivitas ringan, maka anggota keluarga tidak perlu mencari penjaga atau cargiver untuk para lansia.
Inilah sebabnya keluarga perlu ambil peran mencegah lansia alami demensia, mendukung lansia melakukan kegiatan bermanfaat untuk kesehatannya, seperti tetap berolahraga dan sebagainya.
"Keluarga termasuk generasi muda harus aktif menciptakan lansia yang sehat dan mandiri dengan menciptakan support system yang ideal bagi lansia," papar Prof. Yuda.
Adapun deteksi dini demensia, bisa dengan membawa lansia ke dokter umum untuk dirujuk ke dokter spesialis saraf atau neurolog, dokter ahli jiwa (psikiater), atau dokter geriatri karena ketiga bidang ini yang sudah biasa mendiagnosis dan menangani kasus-kasus tersebut.
Di sisi lain Prof. Yuda, mengungkap bahwa di Indonesia terdapat tiga provinsi dengan prevalensi lansia terbanyak, yaitu DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Studi prevalensi kasus demensia Indonesia di DI Yogyakarta, Bali, Bogor, Jatinangor, Jakarta dan Medan menemukan lebih dari 20 persen lansia mengalami gangguan memori yang mengganggu aktivitas sehari-hari.