Suara.com - Menjadi orangtua baru dengan anak pertama bisa membuat ayah dan bunda kewalahan. Apalagi, jika anak tantrum dan menangis yang bisa terjadi kapan saja.
Karena belum memiliki kemampuan komunikasi yang baik, tantrum dan menangis adalah bahasa pertama yang dimengerti anak. Pakar mengatakan tantrum merupakan kondisi wajar yang dialami anak-anak, terutama dalam masa perkembangan.
isa diartikan, tantrum adalah momen ketika anak kehilangan kendali atas perasaan dan perilakunya, sehingga ini menjadi waktu yang tepat bagi mereka untuk belajar mengelola emosi. Sebagai orang tua, penting untuk mengetahui cara penyebab dan alasan anak tantrum.
Ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab tantrum pada Si Kecil. Mengutip Hello Sehat, setidaknya ada 5 alasan anak tantrum yang perlu dipahami orangtua.
Baca Juga: 7 Hal yang Bisa Dilakukan Orangtua untuk Mengatasi Anak Tantrum
Sakit atau lapar
Perasaan lapar atau keluhan rasa sakit yang dialami anak bisa menjadi pemicu tantrum.
Bingung atau takut
Ketidaktahuan anak terhadap banyak hal, sering membuat mereka merasa bingung, takut, dan tidak nyaman hingga menyebabkan tantrum.
Kesal atau kecewa
Baca Juga: 5 Cara Menyikapi Anak yang Sedang Tantrum, Orang tua Harus Tenang!
Bertengkar dengan teman, merasa diabaikan, atau kecewa, juga dapat menyebabkan anak tantrum, terlebih jika anak memiliki karakter yang sensitif.
Kelelahan
Terlalu banyak bermain bisa membuat anak merasa lelah hingga akhirnya mereka mengekspresikan perasaan itu menjadi perilaku tantrum.
Butuh perhatian
Besarnya perhatian yang dibutuhkan anak-anak kerap menjadi penyebab tantrum yang jarang disadari orang tua.
Kapan tantrum bisa terjadi?
Saat Si Kecil ingin mengekspresikan emosi atau perasaan namun tidak bisa atau sulit untuk melakukannya, maka saat itulah tantrum dapat terjadi.
Umumnya, tantrum mulai dirasakan anak pada usia sekitar 18 bulan dan kerap terjadi saat masa tumbuh kembang balita. Saat tantrum, perilaku menyakiti diri sendiri atau orang lain seperti memukul dan menggigit kerap dilakukan Si Kecil.
Kondisi tersebut membuat Si Kecil cenderung merasa frustasi dan pada akhirnya akan berujung pada perilaku serta sikap tantrum, seperti menangis kencang, berteriak, atau mengamuk.