Suara.com - Banyak orang menganggap remeh sakit kepala sebelah atau migrain. Padahal, ada beberapa tanda sakit kepala sebelah yang harus diwaspadai.
Apalagi jika sakit kepala cenderung berulang dan tidak mempan hanya dengan mengonsumsi obat warung atau obat apotek.
Dokter Spesialis Akupuntur Klinik RS Pondok Indah, dr. Newanda Mochtar, Sp.Ak mengatakan, kategori migrain yang perlu diwaspadai bisa dilihat dari intensitas nyeri yang dirasakan.
"Kondisi migrain dinyatakan sebagai nyeri kepala berulang, lebih dari lima kali, dengan durasi 4 hingga 72 jam dengan karakteristik berdenyut, intensitas sedang sampai berat," ujar dr. Newanda melalui keterangan yang diterima Suara.com, Rabu (25/5/2022).
Baca Juga: Migrain Tak Sembuh meski Sudah Minum Obat? Dokter Sarankan Akupuntur
Ia juga mengatakan pasien perlu memeriksakan diri ke dokter, jika sakit kepala yang dialami semakin parah saat dibarengi dengan melakukan aktifitas fisik.
"Serta adanya manifestasi mual, sensitif terhadap cahaya dan suara," tambahnya.
Ini karena umumnya sakit kepala migrain bersifat spesifik, paroksismal atau mendadak, dan terkadang dibarengi adanya kilatan cahaya di depan mata.
"Migrain hanya dapat diobservasi oleh dokter yang memeriksa Anda, baik sebelum maupun sesudah serangan," ungkapnya.
Perlu diketahui, ada beberapa sebab terjadinya sakit kepala sebelah atau migrain, salah satunya ketidakseimbangan neurotransmitter otak.
Baca Juga: Kisahkan Anak Diasuh Lulusan Dokter Gigi, Tanggapan Warganet Bikin Ngakak
Penyebab migrain juga dapat berupa perubahan hormon pada perempuan termasuk sebelum dan sesudah menstruasi, kehamilan, dan menopause.
"Obat-obatan hormonal seperti kontrasepsi oral dan terapi pengganti hormon dapat memperburuk keadaan migrain."
"Makanan seperti keju, makanan asin dan makanan yang diproses, pemanis aspartame dan monosodium glutamate, serta minuman beralkohol dan berkafein juga dapat memicu migrain," paparnya.
Meski begitu ada juga penyebab sakit kepala migrain, akibat rangsangan dari luar atau lingkungan sekitar yang memicu kekambuhan.
Seperti stres di tempat kerja atau rumah, cahaya terang, silau matahari, suara keras, bau yang kuat, perubahan pada siklus tidur, dan perubahan lingkungan cuaca.
"Faktor risiko timbulnya migrain lainnya yaitu riwayat keluarga dengan migrain, usia mulai dari dewasa muda hingga puncaknya saat usia 30 tahunan, jenis kelamin pada wanita lebih sering terjadi, serta perubahan hormonal, umumnya sebelum dan setelah menstruasi pada wanita," tutupnya.