Suara.com - Para atlet rentan mengalami cedera fisik, terlebih jika melakukan latihan yang diforsir terus menerus. Nah, cedera atlet ini perlu ditangani maksimal karena bisa memengaruhi performa daerah maupun negara yang diwakili dalam bidang olahraga.
Beberapa cedera atlet yang paling sering terjadi di antaranya keseleo, terkilir, cedera lutut, cedera tendon, dislokasi, patah tulang, hingga dehidrasi dan stroke karena suhu udara yang panas.
Penyebab cedera juga beragam, seperti kurang pemanasan, latihan yang melebihi kapasitas, dan cedera karena suhu panas saat latihan atau bertanding.
Regional Commercial Director PT Taisho, Sonny Adi Nugroho, mengungkap bahwa terapi hangat untuk cedera atlet terkilir dan memar, dinilai tidak tepat.
Baca Juga: Migrain Tak Kunjung Sembuh dengan Minum Obat, Terapi Akupunktur Medis Bisa Membantu?
“Seharusnya pada 72 jam pasca cedera olahraga dengan manifes pembengkakan dan radang, terapi dingin-lah yang harus dilakukan agar mencegah terjadinya pembengkakan dan peradangan pada area tersebut," ujar Sonny melalui keterangannya diterima suara.com, Rabu (25/5/2022).
Taisho melalui produk Counterpain, memperkenalkan konsep terapi panas dan terapi dingin yang seringkali diabaikan dan dilakukan secara tidak tepat, yang pada akhirnya menyebabkan cedera olahraga yang lebih parah.
Berikut ini penanganan cedera atlet yang perlu diperhatikan:
- No Harm yakni No Heat atau jangan dikompres panas
- No Alcohol, yakni jangan mengkonsumsi Alkohol
- No Run, yakni jangan melakukan latihan atau olahraga pada bagian tubuh yang cedera
- No Massage, yakni jangan melakukan pemijatan pada area yang cedera
“Jika tidak terjadi pembengkakan atau radang akut, maka terapi panas bisa menjadi pilihan masyarakat. Sehingga kita berharap masyarakat menjadi jauh lebih cerdas dan paham pentingnya penanganan cedera olahraga dengan terapi panas dan dingin,” tutup Sonny.
Baca Juga: Terapi Pasir Pantai di Pantai Munggu Dipercaya Bisa Sembuhkan Reumatik Sampai Kelumpuhan