Krisis Ekonomi di Sri Lanka Bikin Pasokan Obat Menipis, Risiko Kematian di Rumah Sakit Meningkat

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 24 Mei 2022 | 20:38 WIB
Krisis Ekonomi di Sri Lanka Bikin Pasokan Obat Menipis, Risiko Kematian di Rumah Sakit Meningkat
Ilustrasi obat-obatan (Unsplash/Roberto Sorin)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Krisis ekonomi di Sri Lanka berdampak serius bagi sektor kesehatan. Laporan terbaru menyebut, terjadi kelangkaan obat yang membuat pasien di rumah sakit berisiko meninggal dunia.

Dilansir ANTARA, laporan tentang kelangkaan obat di rumah sakit terjadi akibat pasokan medis Sri Lanka yang 80 persennya impor. Hilangnya cadangan devisa membuat stok obat kosong dan sistem kesehatan ambruk.

Di rumah sakit kanker Apeksha yang berkapasitas 950 tempat tidur di pinggiran ibu kota Kolombo, pasien dan dokter putus asa menghadapi kelangkaan medis. Akibatnya, mereka menunda pemeriksaan dan prosedur seperti operasi kritis.

"(Kondisi) ini sangat buruk bagi pasien kanker," kata Dr Roshan Amaratunga.

Baca Juga: Perkuat Sistem Kelistrikan, Schneider Electric Jamin Layanan di Rumah Sakit Pemerintah Tak Ada Gangguan Listrik

Orang-orang meneriakkan slogan yang menentang Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa di kawasan perumahan setelah pemerintah memberlakukan jam malam menyusul bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa di dekat kediaman Presiden di tengah krisis ekonomi negara itu, di Kolombo, Sri Lanka, 3 April 2022. (ANTARA/Reuters/Dinuka Liyanawatte/as)
Orang-orang meneriakkan slogan yang menentang Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa di kawasan perumahan setelah pemerintah memberlakukan jam malam menyusul bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa di dekat kediaman Presiden di tengah krisis ekonomi negara itu, di Kolombo, Sri Lanka, 3 April 2022. (ANTARA/Reuters/Dinuka Liyanawatte/as)

"Terkadang, di pagi hari kami merencanakan beberapa operasi (namun) kami mungkin tidak bisa melakukannya pada hari itu ... lantaran tidak ada (pasokan)," katanya menambahkan.

Jika situasinya tidak segera membaik, sejumlah pasien akan menghadapi kematian, kata Amaratunga.

Sri Lanka sedang bergelut dengan krisis ekonomi terparah sejak merdeka pada 1948. Pandemi COVID-19 telah membuat ekonomi negara itu babak belur, memicu kenaikan harga minyak, pemotongan pajak dan larangan impor pupuk kimia yang menghancurkan sektor pertanian.

Saman Rathnayake, pejabat pengadaan pasokan medis, mengatakan sekitar 180 jenis obat-obatan habis, termasuk suntikan untuk pasien cuci darah, obat-obatan khusus untuk pasien transplantasi dan kanker.

Ia mengatakan bahwa India, Jepang dan sejumlah donor lainnya sedang membantu menyediakan pasokan, namun butuh waktu sampai empat bulan sebelum pasokan itu tiba di Sri Lanka.

Baca Juga: Efek Samping Paxlovid adalah Terganggunya Indera Pengecap, Kenali Penyebab Lain Kondisi Ini

Sri Lanka memohon para donor swasta dari dalam dan luar negeri untuk ikut membantu, kata dia.

Para dokter mengaku mereka lebih khawatir daripada pasien dan kerabat mereka, sebab mereka tahu gentingnya kondisi dan konsekuensinya.

Merujuk pada antrean bensin dan gas elpiji, juru bicara Asosiasi Petugas Medis Pemerintah Dr Vasan Ratnasingam mengatakan konsekuensi bagi orang-orang yang menantikan pengobatan jauh lebih mengerikan.

"Jika para pasien mengantre obat, mereka akan kehilangan nyawa," kata Ratnasingam.

Ibu dari Binuli Bimsara, pasien anak berusia 4 tahun yang mengidap leukimia, mengaku ia bersama sang suami merasa takut.

"Semula, kami punya asa sebab kami mendapatkan obat. Namun, kini hidup kami dibayangi ketakutan yang luar biasa," kata sang ibu.

"Kami sungguh tak berdaya, masa depan kami benar-benar suram ketika mendengar kelangkaan obat. Kami tak mempunyai uang banyak untuk membawa anak kami berobat ke luar negeri."

Otoritas India mengirim 25 ton pasokan medis bersama bantuan lain pada Minggu, kata pejabat.

"India belum pernah membantu negara lain sebanyak ini ... Ini sesuatu yang sangat kami syukuri," kata Menteri Luar Negeri Sri Lanka G.L. Peiris di pelabuhan Kolombo saat berdiri di dekat kapal pengangkut ribuan karung pasokan.

"Mungkin ini masa paling sulit yang dihadapi Sri Lanka sejak merdeka."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI