Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tidak perlu melakukan vaksinasi massal untuk mencegah wabah cacar monyet, Senin (23/5/2022).
Sebab, menjaga kebersihan yang baik dan perilaku seksual yang aman masih bisa membantu mengendalikan penyebarannya.
Pemimpin Tim Patogen Ancaman Tinggi untuk WHO Eropa, Richard Pebody, juga menambahkan bahwa pasokan vaksin serta antivirus untuk cacar monyet cukup terbatas.
Padahal, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) sedang dalam proses merilis beberapa dosis vaksin Jynneos untuk mencegah penyebaran cacar monyet.
Sementara pemerintah Jerman juga sedang menimbang pilihan vaksinasi, dan Inggris juga telah menawarkan hal yang sama kepada beberapa petugas kesehatan.
![Telapak tangan pasien kasus cacar monyet dari Lodja, sebuah kota di dalam Zona Kesehatan Katako-Kombe, terlihat selama penyelidikan kesehatan di Republik Demokratik Kongo pada 1997. [ANTARA/Brian W.J. Mahy/CDC/HO via Reuters/rwa/djo]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/05/23/25368-arsip-telapak-tangan-pasien-kasus-cacar-monyet-dari-lodja-antara.jpg)
Hingga kini, dilansir Global News, otoritas kesehatan masyarakat di Eropa dan Amerika Utara sedang menyelidiki lebih dari 100 kasus cacar monyet, baik yang sudah dikonfirmasi maupun suspek.
"Langkah utama dalam mengendalikan wabah (cacar monyet) saat ini adalah pelacakan kontak dan isolasi," kata Pebody.
Menurutnya, cacar monyet yang disebabkan oleh orthopoxvirus bukanlah virus yang sangat mudah menular, dan sejauh ini tidak menyebabkan penyakit serius.
Sementara vaksin yang digunakan untuk cacar monyet juga memiliki beberapa efek samping signifikan.
Baca Juga: Hits Kesehatan: Cacar Monyet Bukan Penyakit Kaum Gay, Bisakah Atasi Rabun Dekat dengan Kacamata?
Mengingat laju wabah, dan kurangnya kejelasan tentang apa yang mendorongnya, ada kekhawatiran bahwa acara serta pesta besar yang diadakan musim panas mendatang akan memperburuk keadaan.