Suara.com - Speech delay atau terlambat bicara meningkat di masa pandemi Covid-19, karena diduga semakin banyak bayi terpapar gadget, sehingga rangsangan interaksi bicara pada bayi berkurang.
Inilah sebabnya, menurut Dokter Spesialis Anak, dr Ajeng Indriastari, orangtua perlu mengenali tanda speech delay atau terlambat bicara pada anak.
Speech delay adalah salah satu jenis gangguan komunikasi yang menyebabkan anak terlambat bicara. Sehingga speech delay berarti anak bicara lebih lambat darikebanyakan anak-anak lain.
Anak dengan speech delay biasanya jarang mengeluarkan dan merespons suara, tidak mengerti gestur orang sekitar, dan tidak memiliki kemampuan konsonan sesuai usianya.
Baca Juga: Erick Thohir: Keberhasilan RI Lewati Pandemi Covid-19 Karena Sikap Gotong Royong
Sayangnya, orang tua kerap baru menyadarinya saat anak berusia 18 hingga 24 bulan, ketika anak tidak menyaut saat dipanggil orang tua.
Padahal ini sudah bisa dilihat, jika di usia 2 tahun ia sudah menguasai lebih dari 50 kosa kata.
“Bahasa ini kan menjadi trending karena fenomena telat bicara lagi tinggi. Kalau kita tahu dari awal, kita akan cari tahu penyebabnya apa. Kalau tahu penyebabnya apa, solusinya berdasarkan si penyebab,” ungkap dr Ajeng dalam Simposium Nasional bertajuk ‘Membaca Fenomena Speech Delay: Pendekatan Multi Pihak’ yang diselenggarakan Yayasan Akses Sehat bersama Generos, berdasarkan rilis yang diterima suara.com, Senin (23/5/2022).
Adapun speech delay terbagi dalam kategori fungsional dan non fungsional. Sebagian besar kasus speech delay saat ini masuk kategori fungsional yaitu kurang stimulasi dan pola asuh yang salah.
Sedangkan non fungsional adalah kasus speech delay pada anak dengan gangguan bahasa reseptif, seperti autism ataupun Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Baca Juga: Menagih Janji KPK Tangkap Harun Masiku Jika Pandemi Covid-19 Reda, Kapan?
“Yang jadi problem anak speech delay ini, banyak dari mereka nggak punya kelainan loh. Fungsi pendengarannya bagus, tidak ada kelainan organ promotor, masalah bibir sumbing nggak ada. Terus yang salah dimana? Ternyata pola pengasuhan,” ujar dokter yang juga berpraktik di Bekasi ini.