Suara.com - Wabah cacar monyet terus menyebar di Benua Eropa, Amerika, dan Afrika, berdasarkan laporan terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sedikitnya 1.284 kasus suspek cacar monyet dan 58 kematian dilaporkan di Republik Demokratik Kongo (RDK) hingga 8 Mei.
Provinsi Sankuru, Tshopo, Equateur, dan Tshuapa mencatat 913 kasus, menyumbang sekitar 75 persen dari keseluruhan kasus suspek di negara tersebut, cuit kantor WHO di RDK via Twitter.
Cacar monyet merupakan penyakit ringan yang biasanya sembuh dengan sendirinya. Penyakit itu ditularkan melalui kontak yang sangat erat dengan si penderita dan kebanyakan dari mereka sembuh dalam hitungan minggu.
Baca Juga: Mengetahui Fakta-Fakta Cacar Monyet, yang Saat Ini Sedang Mewabah di Negara Barat
Gejala cacar monyet meliputi demam, nyeri otot, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, dan ruam kulit seperti lecet.
Menurut sejumlah lansiran media, kasus cacar monyet hingga kini sudah dilaporkan di Inggris, Portugal, Spanyol, Swedia, dan Amerika Serikat.
Di Belanda, seorang pasien dengan infeksi cacar monyet dikonfirmasi untuk pertama kalinya, kata badan kesehatan pemerintah RIVM.
RIVM (Institut Kesehatan Nasional) menambahkan bahwa sebenarnya lebih banyak orang diduga terinfeksi penyakit tersebut.
"Setelah akhir pekan, kami akan memberikan informasi terkini tentang infeksi baru yang telah diketahui," kata RIVM lewat pernyataan.
Baca Juga: Spanyol Catat 30 Kasus Cacar Monyet, Sebagian Besar terkait Sauna
Lebih dari 100 kasus cacar monyet, yakni infeksi virus yang biasanya banyak terjadi di Afrika tengah dan barat, telah dilaporkan bermunculan di Eropa pekan ini.
Pejabat Jerman menggambarkan keadaan itu sebagai wabah cacar monyet terbesar yang pernah terjadi di kawasan tersebut. [ANTARA]