Infeksi Varian Omicron Hanya Memberi Sedikit Kekebalan, Tetap Harus Vaksinasi

Kamis, 19 Mei 2022 | 14:45 WIB
Infeksi Varian Omicron Hanya Memberi Sedikit Kekebalan, Tetap Harus Vaksinasi
Ilustrasi omicron (Freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Varian Omicron penyebab Covid-19 ternyata hanya dapat membangun kekebalan tubuh yang lemah pada orang yang belum divaksinasi Covid-19.

Dalam percobaan terhadap tikus dan sampel darah dari donor yang terinfeksi Omicron, peneliti di Gladstone Institutes dan UC San Francisco (UCSF), menemukan bahwa varian Omicron hanya menginduksi respons imun yang lemah.

Sementara pada orang yang sudah divaksinasi, kekebalan dari Omicron tetap bisa memperkuat perlindungan terhadap berbagai jenis virus SARS-CoV-2.

"Pada orang yang tidak divaksinasi, infeksi Omicron mungkin kira-kira setara dengan mendapat satu suntikan vaksin Covid-19," kata direktur Gladstone Institute of Virology, Melanie Ott, dilansir Medical Xpress.

Baca Juga: Eks Bos WHO Ingatkan Pemerintah RI Perlu Siapkan Skenario Terburuk Usai Pelonggaran Masker

Ia melanjutkan, "Virus memberi sedikit perlindungan terhadap Covid-19, tetapi tidak terlalu luas."

Ilustrasi gambar (pixabay)
Ilustrasi gambar (pixabay)

Perlindungan luas berarti kekebalan tubuh dapat melawan varian lain dari SARS-CoV-2 meski terinfeksi jenis yang berbeda. Misalnya, kekebalan dari varian Delta dapat melawan virus Omicron.

Namun dalam hal ini, menurut studi, darah dari tikus yang terinfeksi Omicron hanya bisa menetralkan varian yang sama saja.

Hasilnya berbeda pada orang yang sudah divaksinasi dan pernah terinfeksi varian Omicron maupun Delta. Peneliti melihat antibodi dapat menetralkan semua varian virus, menandakan perlindungan yang lebih tinggi.

Jadi, menurut peneliti, temuan ini menggarisbawahi petingnya vaksinasi Covid-19. Bahkan, jika sudah pernah terinfeksi Omicron.

Baca Juga: Bagaimana Pandemi COVID-19 Ubah Tatanan Politik Baru Dunia?

"Karena Anda masih rentan terhadap infeksi ulang," tandas peneliti senior di Gladstone, Jennifer Doudna.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI