Hits Health: PDSI Sebut IDI Sebagai Ormas, Angka Kematian di India akibat Polusi Udara

Vania Rossa Suara.Com
Kamis, 19 Mei 2022 | 10:14 WIB
Hits Health: PDSI Sebut IDI Sebagai Ormas, Angka Kematian di India akibat Polusi Udara
PDSI resmi mendeklarasikan diri sebagai salah satu organisasi profesi kedokteran yang diakui Kemenkumham. (Suara.com/Stefanus Aranditio)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Perkumpulan Dokter Seluruh Indonesia (PDSI), Brigjen TNI (Purn) dr. Jajang Edi Priyanto menanggapi pernyataan Kementerian Hukum dan HAM (KemenkumHAM), yang menyatakan PDSI bukanlah organisasi profesi melainkan organisasi masyarakat alias ormas. Apa alasannya?

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa polusi udara di India telah menyebabkan kasus kematian terbesar pada 2019, mencapai 17,8 persen dari semua kematian di tahun yang sama di negara tersebut. Dikatakan bahwa angka ini menjadikannya sebagai jumlah kematian terkait polusi udara terbesar di negara mana pun!

Simak berita selengkapnya dan berita populer lainnya di bawah ini!

1. PDSI Sebut IDI Bukan Organisasi Profesi, Tapi Ormas

Baca Juga: Terawan Resmi 'Hijrah', Apa Bedanya PDSI dengan IDI?

PDSI resmi mendeklarasikan diri sebagai salah satu organisasi profesi kedokteran yang diakui Kemenkumham. (Suara.com/Stefanus Aranditio)
PDSI resmi mendeklarasikan diri sebagai salah satu organisasi profesi kedokteran yang diakui Kemenkumham. (Suara.com/Stefanus Aranditio)

Ketua Perkumpulan Dokter Seluruh Indonesia (PDSI), Brigjen TNI (Purn) dr. Jajang Edi Priyanto menanggapi pernyataan Kementerian Hukum dan HAM (KemenkumHAM), yang menyatakan PDSI bukanlah organisasi profesi melainkan organisasi masyarakat alias ormas.

Hal ini diakui dr. Jajang jika PDSI adalah ormas, yang ia nilai statusnya sama seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) maupun organisasi kedokteran lain adalah ormas, bukan organisasi profesi.

Baca selengkapnya

2. Saking Parahnya, India Menduduki Puncak Angka Kematian Terbanyak akibat Polusi Udara pada 2019

Warga mengunjungi kompleks Mehtab Bagh di belakang Taj Mahal saat kondisi kabut asap di Agra, India, pada (16/11/2021). [SAJJAD HUSSAIN / AFP]
Warga mengunjungi kompleks Mehtab Bagh di belakang Taj Mahal saat kondisi kabut asap di Agra, India, pada (16/11/2021). [SAJJAD HUSSAIN / AFP]

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa polusi udara di India telah menyebabkan kasus kematian terbesar pada 2019, mencapai 17,8 persen dari semua kematian di tahun yang sama di negara tersebut.

Baca Juga: Resmi Gabung PDSI, Dokter Terawan Bukan Lagi Anggota IDI?

"Ini adalah jumlah kematian terkait polusi udara terbesar di negara mana pun," tulis peneliti dalam laporannya di The Lancet Planetary Health.

Baca selengkapnya

3. Virus Hendra: Ketahui Cara Penularan, Gejala, dan Pencegahannya

Ilustrasi kuda sebagai inang dari virus Hendra. (Foto oleh Lum3n dari Pexels)
Ilustrasi kuda sebagai inang dari virus Hendra. (Foto oleh Lum3n dari Pexels)

Baru-baru ini dikabarkan muncul varian virus Hendra baru. Virus ini disebut menjadi ancaman baru setelah Covid-19 dan hepatitis misterius yang beberapa waktu lalu sempat menggemparkan dunia.

Nah untuk lebih mengenalnya, berikut sedikit penjelasan terkait virus Hendra yang bisa dibagikan.

Baca selengkapnya

4. WHO Khawatir Varian Baru Covid-19 Muncul di Korea Utara, Kenapa?

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengenakan masker di tengah wabah COVID-19 saat memeriksa apotek di Pyongyang, dalam foto tak bertanggal yang dirilis Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) Korea Utara pada 15 Mei 2022. ANTARA/KCNA via Reuters/as
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengenakan masker di tengah wabah COVID-19 saat memeriksa apotek di Pyongyang, dalam foto tak bertanggal yang dirilis Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) Korea Utara pada 15 Mei 2022. ANTARA/KCNA via Reuters/as

Setelah dua tahun, Korea Utara akhirnya melaporkan kasus Covid-19 di negara tersebut. Tapi, Organisasi Kesehatan Dunia khawatir bahwa penularan virus corona di sana menimbulkan varian baru.

Pasalnya, masyarakat Korea Utara hingga kini belum mendapatkan vaksin Covid-19.

Baca selengkapnya

5. Kaum Rebahan Harus Tahu, Ini Dampak Kesehatan Terlalu Sering Berbaring di Kasur

Ilustrasi kaum rebahan. (Pexels)
Ilustrasi kaum rebahan. (Pexels)

Pandemi menciptakan lebih banyak kaum rebahan, bersamaan dengan semakin banyak orang yang menghabiskan waktu di rumah, dan enggan beranjak dari tempat tidurnya. Bahkan saking enggannya, tak sedikit yang kini melakukan berbagai aktivitas di atas kasur, baik untuk bekerja, menonton TV, hingga makan.

Tapi tahukah Anda, berbaring di kasur tanpa beranjak dalam waktu lama dapat memberi dampak buruk pada kesehatan.

Baca selengkapnya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI