Suara.com - Pemerintah menambah tiga jenis vaksin dalam program imunisasi untuk anak, yang akan diberikan secara gratis. Yaitu, pneumococcal vacine (PCV) untuk cegah infeksi pneumonia, vaksin human papillomavirus (HPV) pencegah kanker serviks, dan vaksin rotavirus untuk diare pada anak.
Sama seperti kebanyakan vaksin, ketiga vaksin tersebut juga dapat menimbulkan efek samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).
Pada vaksin rotavirus, misalnya, KIPI yang terjadi umumnya mual pada anak. Karena vaksin diberikan dengan cara oral ditetes langsung ke dalam mulut, seperti vaksin polio.
"KIPI biasanya ada mual, kejadian mencret juga pernah ada dilaporkan tapi tidak banyak. Sedangkan yang lain demam, dan lain-lain relatif tidak ada," kata anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Dwi Prasetyo, Sp.A(K)., dalam siaran langsung IDAI, Selasa (17/5/2022).
Baca Juga: Jokowi: Perjalanan Dalam dan Luar Negeri Tidak Perlu Tes Covid-19 kalau Sudah Vaksin Lengkap
Menurutnya, vaksin oral memang umumnya lebih minim efek samping. Hanya saja, petugas kesehatan harus lebih berhati-hati saat memberikan vaksin dan harus memastikan seluruh cairan vaksin tertelan oleh anak.
"Karena itu cairannya lumayan banyak, tidak seperti polio yang hanya dua tetes. Itu harus pelan-pelan, sabar, kemudian posisi bayi harus baik. Sehingga jangan sampai atau setidaknya sangat diminimalisir terjadinya muntah akibat pemberian vaksin," pesannya.
Sementara vaksin PCV dan HPV diberikan melalui suntikan, seperti kebanyakan jenis vaksin lain. Anggota Satgas Imunisasi IDAI dr. Nastiti Kaswandari Sp.A(K). menambahkan bahwa rata-rata KIPI yang terjadi akibat PCV dan HPV berupa memar di area suntikan dan juga demam.
"Yang paling banyak dilaporkan adalah reaksi lokal, seperti nyeri, kemerahan atau bengkak di sekitar suntikan. Kontraksi berat, misalnya syok hanya sedikit sekali, mungkin tidak sampai satu per satu juta. Jadi keamanan vaksin ini sudah diteliti dan dinyatakan aman," ujarnya.
Ketiga jenis vaksin tersebut sebenarnya sudah lama diedarkan di Indonesia. Hanya saja, baru masuk ke dalam program imunisasi nasional dan diberikan gratis pada tahun ini.
Baca Juga: Mengenal Beragam Vaksin Hepatitis, Apakah Bisa Digunakan untuk Hepatitis Akut?
Dokter Nastiti menyampaikan bahwa selain di Indonesia, vaksin-vaksin tersebut juga telah digunakan di banyak negara lain. Sehingga, walaupun ada efek samping yang ditimbulkan, tetapi manfaat vaksin untuk mencegah penyakit jadi parah dinilai lebih bermanfaat.
Ia juga menambahkan bahwa KIPI tidak selalu akan terjadi pada anak usai diimunisasi. Sebab, KIPI sangat personal dan tergantung dari imunitas anak. Meski begitu, dokter Nastiti menekankan bahwa antibodi dari vaksin tetap terbentuk sama tingginya walaupun anak tidak alami KIPI.
"Respon manusia berbeda-beda, ada yang sensitif sehingga menimbulkan efek samping, tapi ada juga yang tidak menunjukkan gejala apapun setelah divaksinasi. Tapi kalau dicek dengan pemeriksaan darah, maka antibodi sudah mencapai level proteksi atau dengan kata lain kekebalannya sudah meningkat," paparnya.