Selain Gaya Hidup, Golongan Darah Tertentu Lebih Berisiko Alami Serangan Jantung!

Selasa, 17 Mei 2022 | 15:05 WIB
Selain Gaya Hidup, Golongan Darah Tertentu Lebih Berisiko Alami Serangan Jantung!
Ilustrasi serangan jantung. [Envato]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa faktor bisa mempengaruhi risiko seseorang mengalami serangan jantung. Faktor ririsko yang paling umum adalah pola makan, gaya hidup yang suka merokok dan konsumsi alkohol.

Selain faktor gaya hidup, ada pula kondisi kesehatan lain yang bisa mempengaruhi risiko seseorang mengalami serangan jantung, yakni diabetes.

Namun peneliti dari American Heart Association (AHA) baru-baru ini mengatakan golongan darah seseorang juga bisa meningkatkan risiko serangan jantung.

Ilmuwan dari AHA mengatakan orang yang memiliki golongan darah A, B, dan AB lebih berisiko terkena serangan jantung, daripada orang golongan darah O.

Baca Juga: 6 Pilihan Buah yang Baik untuk Pasien Diabetes, Yuk Kenali!

Penelitian menunjukkan mereka dengan ketiga golongan darah ini berisiko 8 persen lebih tinggi terkena serangan jantung dan 10 persen lebih berisiko mengalami gagal jantung.

Ilustrasi golongan darah. (Freepik)
Ilustrasi golongan darah. (Freepik)

Selanjutnya, orang dengan golongan darah A atau B sebanyak 50 persen lebih berisiko mengalami trombosis vena dalam dan emboli paru, dua kondisi yang terkait dengan peningkatan risiko gagal jantung.

Selain golongan darah, kesehatan mental juga berperan dalam peningkatan risiko penyakit jantung. Hal ini menurun sebuah penelitian yang dilakukan oleh AHA.

"Penelitian sebelumnya telah menunjukkan gangguan depresi besar dan kecemasan karena stres yang berkepanjangan berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular," kata Ozlem Kireccibasi dikutip dari Express.

Risiko terkena penyakit kardiovaskular meningkat sebanding dengan tingkat keparahan depresi. Guna membuktikan teori ini, para peneliti menggunakan model tikus untuk mempelajari dampak stres kronis dan depresi.

Baca Juga: Orang dengan Varian Omicron Berisiko Terinfeksi Subvarian dalam 2 Bulan

"Temuan utama adalah bahwa stres berulang, efek fisiologis dan perilaku dari interaksi yang tidak bersahabat tampaknya mencegah perubahan menguntungkan penuh pada plak yang harus diinduksi oleh obat penurun lipid," kata Kireccbasi.

Artinya, penelitian AHA menunjukkan kesehatan mental yang buruk dapat melawan efek obat penurun kolesterol seperti statin.

Namun, karena penelitian hanya dilakukan pada mode tikus, penelitian lebih lanjut diperlukan pada manusia untuk memastikan hubungan ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI