Hits Health: Pasien Alami Gejala Covid-19 Hingga 2 Tahun, Jumlah Kasus Hepatitis Akut Misterius di Dunia

Vania Rossa Suara.Com
Selasa, 17 Mei 2022 | 09:54 WIB
Hits Health: Pasien Alami Gejala Covid-19 Hingga 2 Tahun, Jumlah Kasus Hepatitis Akut Misterius di Dunia
Ilustrasi covid-19. (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Studi baru menunjukkan bahwa banyak pasien virus corona Covid-19 yang dirawat di rumah sakit masih mengalami gejala bertahun-tahun. Kondisi yang disebut juga sebagai Long Covid-19 ini disebutkan bahkan bisa dialami sampai 2 tahun lamanya!

Jumlah kasus hepatitis akut atau hepatitis misterius yang diselidiki di antara anak-anak di seluruh dunia telah mencapai 450. Demikian menurut  Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa.  Jumlah itu lebih dari dua kali lipat jumlah yang dilaporkan kelompok itu dua minggu lalu, dan secara signifikan lebih tinggi dari hitungan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia yaitu 348.

Simak berita kesehatan terpopuler lainnya di bawah ini!

1. Studi: Setengah Pasien Virus Corona Covid-19 yang Dirawat Tetap Alami Gejala hingga 2 Tahun

Baca Juga: Update Kasus Covid-19 Riau: Satu Positif, Tak Ada Pasien Meninggal

Ilustrasi virus corona Covid-19. (Pixabay/Engin_Akyurt)
Ilustrasi virus corona Covid-19. (Pixabay/Engin_Akyurt)

Studi baru menunjukkan bahwa banyak pasien virus corona Covid-19 yang dirawat di rumah sakit masih mengalami gejala bertahun-tahun. Kondisi ini disebut juga sebagai Long Covid-19.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Respiratory Medicine ini mengamati orang-orang hingga dua tahun setelah mereka keluar dari rumah sakit karena virus corona Covid-19.

Baca selengkapnya

2. Kasus Hepatitis Akut Misterius Di Dunia Sudah Tembus 420 Kasus

Ilustrasi Anak Demam - Kenali Ciri-ciri Hepatitis Akut pada Anak (Pixabay)
Ilustrasi Anak Demam - Kenali Ciri-ciri Hepatitis Akut pada Anak (Pixabay)

Jumlah kasus hepatitis akut atau hepatitis misterius yang diselidiki di antara anak-anak di seluruh dunia telah mencapai 450. Demikian menurut  Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa. 

Baca Juga: Update COVID-19 Jakarta 16 Mei: Positif 70, Sembuh 71, Meninggal 0

Jumlah itu lebih dari dua kali lipat jumlah yang dilaporkan kelompok itu dua minggu lalu, dan secara signifikan lebih tinggi dari hitungan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia yaitu 348.

Baca selengkapnya

3. Dianggap Tabu, Penggunaan Vibrator Ternyata Baik untuk Kesehatan Wanita

Ilustrasi Mainan Seks dan Vibrator (Pexels/cottonbro)
Ilustrasi Mainan Seks dan Vibrator (Pexels/cottonbro)

Sebuah penelitian menemukan bahwa penggunaan mainan seks vibrator bisa memberikan efek positif yang tak terduga. Bahkan, hal ini menimbulkan pertanyaan perlu atau tidaknya dokter menyarankan penggunaanya sebagai perawatan medis.

Meskipun penggunaan mainan seks vibrator masih terdengar tabu, penelitian telah mengungkapkan bahwa itu bisa memberikan banyak manfaat kesehatan potensial.

Baca selengkapnya

4. Dua Varian Omicron Terbaru Ditemukan di Afrika Selatan, Diprediksi Bikin Kasus Meroket

Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron (Envato)
Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron (Envato)

Dua jenis Omicron yang berasal dari Afrika Selatan telah diberi label Covid-19 "varian yang menjadi perhatian. Hal itu seperti diungkapkan oleh pejabat kesehatan telah mengungkapkan.

 Varian BA4 dan BA5 mungkin dapat menghindari vaksin dan kemungkinan akan mendominasi kasus Covid di Eropa, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) memperingatkan dalam sebuah laporan.

Baca selengkapnya

5. Suhu Bumi Semakin Panas, Peneliti Memperkirakan Dapat Memicu Pandemi Baru

Ilustrasi Suhu Bumi Semakin Panas (Pixabay)
Ilustrasi Suhu Bumi Semakin Panas (Pixabay)

Beberapa minggu belakangan, berita mengenai suhu bumi yang kian memanas semakin santer. Hal tersebut pun juga dirasakan di Indonesia. Dan kabar buruknya, ketika iklim di Bumi terus menghangat, manusia berpotensi menghadapi pandemi baru.

Mengutip Science Daily, menurut para peneliti, hewan liar akan terpaksa merelokasi habitat mereka saat suhu Bumi kian panas - kemungkinan ke daerah dengan populasi manusia yang besar. Hal ini dapat meningkatkan risiko lompatan virus ke manusia yang dapat menyebabkan pandemi berikutnya.

Baca selengkapnya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI