Suhu Bumi Semakin Panas, Peneliti Memperkirakan Dapat Memicu Pandemi Baru

Vania Rossa Suara.Com
Selasa, 17 Mei 2022 | 06:26 WIB
Suhu Bumi Semakin Panas, Peneliti Memperkirakan Dapat Memicu Pandemi Baru
Ilustrasi Suhu Bumi Semakin Panas (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa minggu belakangan, berita mengenai suhu bumi yang kian memanas semakin santer. Hal tersebut pun juga dirasakan di Indonesia. Dan kabar buruknya, ketika iklim di Bumi terus menghangat, manusia berpotensi menghadapi pandemi baru.

Mengutip Science Daily, menurut para peneliti, hewan liar akan terpaksa merelokasi habitat mereka saat suhu Bumi kian panas - kemungkinan ke daerah dengan populasi manusia yang besar. Hal ini dapat meningkatkan risiko lompatan virus ke manusia yang dapat menyebabkan pandemi berikutnya.

Hubungan antara perubahan iklim dan penularan virus ini dijelaskan oleh tim peneliti internasional yang dipimpin oleh para ilmuwan di Universitas Georgetown, dan diterbitkan pada 28 April di Jurnal Nature.

Dalam studi mereka, para ilmuwan melakukan penilaian komprehensif pertama tentang bagaimana perubahan iklim akan merestrukturisasi virom mamalia global. Pekerjaan ini berfokus pada pergeseran jangkauan geografis, yaitu perjalanan yang akan dilakukan spesies saat mereka mengikuti habitat mereka ke daerah baru. Saat mereka bertemu mamalia lain untuk pertama kalinya, studi memproyeksikan mereka akan berbagi ribuan virus.

Baca Juga: Pemerintah Terapkan PTM 100 Persen di Tengah Pandemi dan Ancaman Hepatitis Akut, Pengamat Sarankan Hal Ini

Pergeseran ini pun akan membawa peluang lebih besar bagi virus seperti Ebola atau virus corona untuk muncul di daerah baru, membuatnya lebih sulit dilacak, dan menjadi jenis varian baru, sehingga memudahkan virus untuk 'meloncat' ke manusia.

"Analogi terdekat sebenarnya adalah risiko yang kita lihat dalam perdagangan satwa liar," kata penulis utama studi, Colin Carlson, PhD, asisten profesor peneliti di Pusat Ilmu dan Keamanan Kesehatan Global di Georgetown University Medical Center.

“Pasar ini menyatukan hewan yang tidak sehat dalam kombinasi yang tidak alami, menciptakan peluang bagi SARS melompat dari kelelawar ke musang, lalu musang ke manusia. Tetapi dalam iklim yang berubah, proses semacam itu kini terjadi di mana-mana," katanya.

Para peneliti juga menemukan dampak kenaikan suhu pada kelelawar, yang merupakan mayoritas penyebaran virus baru. Kemampuan mereka untuk terbang akan memungkinkan mereka melakukan perjalanan jarak jauh, dan menyebarkan virus paling banyak. Karena peran sentral mereka dalam kemunculan virus, dampak terbesar diproyeksikan terjadi di Asia Tenggara, hotspot global keanekaragaman kelelawar.

Ketika virus mulai berpindah antar spesies inang dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, para peneliti mengatakan bahwa dampaknya terhadap kesehatan manusia bisa sangat parah.

Baca Juga: Tandai Pulihnya Industri Kreatif Pasca Pandemi, Balkonjazz 2022 Kembali Digelar

“Pandemi Covid-19, dan penyebaran SARS, Ebola, dan Zika sebelumnya, menunjukkan bagaimana virus yang melompat dari hewan ke manusia dapat memiliki efek yang sangat besar. Untuk memprediksi loncatannya ke manusia, kita perlu mengetahui penyebarannya di antara hewan lain," kata Sam Scheiner, direktur program di National Science Foundation (NSF) AS, yang mendanai penelitian tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI