Dokter RSCM Ungkap Mengapa Banyak Kasus Talasemia Ditemukan di Sumatera dan Sumbawa

Minggu, 15 Mei 2022 | 15:30 WIB
Dokter RSCM Ungkap Mengapa Banyak Kasus Talasemia Ditemukan di Sumatera dan Sumbawa
Ilustrasi penyakit talasemia. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Memberikan pelayanan terbaiik bagi pasien talasemia masih menjadi pekerjaan rumah Indonesia. Kelainan produksi darah akibat faktor genetik itu saat ini masuk lima besar penggunaan anggaran jaminan kesehatan masyarakat, berdasarkan data BPJS Kesehatan.

Guru Besar Departemen Kesehatan Anak FKUI-RSCM Prof. dr. Pustika Amalia Sp.A mengatakan, kasus talasemia di Indonesia paling banyak ditemukan di Pulau Sumatera dan Pulau Sumbawa.

"Sepanjang Sumatera dari Aceh sampai Lampung itu banyak (pengidap talasemia). Mungkin karena perpindahan penduduk waktu zaman dulu. Seperti misalnya, dari China menularkan campak, (Sumatera) itu semua pesisir lewatnya, makanya kena," kata Profesor Pustika dalam webinar Hari Talasemia Sedunia 2022, Minggu (15/5/2022).

Sedangkan penyebab kasus talasemia di Sumbawa diperkirakan karena banyaknya pernikahan sedarah di daerah tersebut.

Baca Juga: Hingga H+5 Lebaran, ASDP Catat 647 Ribu Orang Menyeberang dari Sumatera ke Jawa

"Di Sumbawa memang 33 persen (kasus talasemia) kemungkinan karena mereka pernikahannya adalah indoor. Jadi sesama tidak pernah keluar, sesama penduduk di pulau itu saja. Makanya kenapa sepertiga orang di Pulau Sumbawa adalah pembawa talasemia," katanya.

professor Pustika menambahkan, lima dari 100 penduduk Indonesia memiliki pembawa sifat talasemia atau disebut juga talasemia minor.

Artinya, apabila menikah dengan sesama pemilik sifat talasemia minor, maka 25 persen anaknya berpotensi menjadi talasemia mayor. Kemudian, 50 persen kemungkinan sehat dan 25 persen berpotensi talasemia minor.

"Potensi itu terjadi pada setiap kehamilan," kata Profesor Pustika.

Orang dengan pembawa sifat talasemia minor tidak menunjukan gejala sama sekali dan hidup seperti orang normal. Dibutuhkan tes darah lengkap untuk mengetahuinya apakah deseorang memiliki pembawa sifat talasemia.

Baca Juga: Biaya Pasien Anak Bergejala Hepatitis Ditanggung BPJS Kesehatan

"Dikatakan WHO bahwa di negara-negara dengan angka talasemia tinggi seharusnya pemerintah melakukan skrining untuk semua penduduk."

"Supaya tujuannya jangan sampai ada talasemia mayor baru yang lahir. Kalau nggak sakit itu bukan berarti nggak sakit, tapi mungkin ada gen yang bisa diturunkan kepada anak," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI