Suara.com - Saat ini, Presiden China, X Jinping sedang dikabarkan menderita aneurisma otak. Ia pun harus dirawat di rumah sakit karena kondisinya pada akhir tahun 2021 lalu.
Spekulasi mengenai kondisi kesehatan Xi Jinping yang tidak baik-baik saja ini sudah muncul, setelah ia tidak menghadiri pertemuan dengan para pemimpin asing sejak awal pandemi Covid-19 hingga Olimpiade Musim Dingin Beijing.
Bahkan, kondisi kesehatannya sudah mulai terlihat menurun ketika berpidato di depan publik di Shenzhen pada Oktober 2020. Salah satunya, Xi Jinping menunjukkan kemampuan berbicaranya yang lebih lambat dan batuk-batuk.
Aneurisma otak atau aneurisma serebral bisa terjadi kepada siapa saja tanpa memandang usia. Tapi, kondisi ini paling berisiko terjadi pada orang dewasa usia 30 hingga 60 tahun dan lebih sering menyerang wanita daripada pria.
Baca Juga: WHO Sebut Kasus Virus Corona Covid-19 Menurun secara Global, Kecuali Amerika dan Afrika!
Para ahli di Institut Nasional AS untuk Gangguan Neurologis dan Stroke mengatakan orang dengan kelainan bawaan tertentu juga berisiko tinggi mengalami aneurisma otak.
Adapun faktor risiko potensial aneurisma serebral termasuk predisposisi genetik, penyakit ginjal polikistik, mengecilnya arteri dan vena di otak yang disebut malformasi arteriovenosa.
Data dari Institut Nasional Gangguan Neurologis dan Stroke AS mengatakkan sekitar 25 persen orang yang menderita aneurisma otak tidak bertahan dalam 24 jam pertama bila sudah pecah.
Sedangkan, 25 persen lainnya berisiko meninggal dunia karena komplikasi dalam kurun waktu 6 bulan. Orang yang mengalami perdarahan subarachnoid mungkin mengalami kerusakan neurologis permanen.
Baca Juga: Gara-Gara Infeksi Virus Corona Covid-19, Bon Jovi Tak Bisa Nyanyi selama 2 Minggu