Pria Cenderung Tak Bisa Ungkapkan Emosi dan Perasaan, Ahli Ungkap Penyebabnya!

Kamis, 12 Mei 2022 | 11:01 WIB
Pria Cenderung Tak Bisa Ungkapkan Emosi dan Perasaan, Ahli Ungkap Penyebabnya!
Ilustrasi pria. (pexels.com/Nathan Cowley)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagian besar pria memang sulit menunjukkan emosi dan perasaannya, dibandingkan wanita. Seorang ahli psikolog pun telah mengungkapkan pennyebab banyak pria tidak bisa menunjukkan emosinya.

Psikolog Loren Soeiro mengatakan seseorang yang tidak bisa mengungkapkan emosi dan perasaannya tidak hanya bisa membuat hubungan menjadi tegang, tetapi juga sering dianggap sebagai kesombongan.

Ia mengatakan banyak pria adalah seorang pemikir rasional yang sering memisahkan emosi mereka dari keputusannya.

Alih-alih itu merupakan ciri umum seorang pria, Soeiro mengatakan tidak bisa mengungkapkan emosi atau perasaan bisa menjadi sifat psikologis yang disebut alexithymia.

Baca Juga: WHO Sebut Kasus Virus Corona Covid-19 Menurun secara Global, Kecuali Amerika dan Afrika!

Alexithymia sendiri berasal dari bahasa Yunani, yang mengacu pada kurangnya kata untuk mengungkapkan emosi.

Ilustrasi pria (Pexels.com/Kelvin Valerio)
Ilustrasi pria (Pexels.com/Kelvin Valerio)

Soerio menjelaskan bahwa istilah ini menggambarkan keterputusan antara pikiran dan emosi. Ia mengatakan ini bukan gangguan mental semata, melainkan suatu sifat yang bisa menimbulkan tantangan psikologis berbeda.

Dilansir dari The Sun, ada beberapa indikator umum lainnya dari kondisi tersebut, termasuk:

  1. Takut akan keintiman
  2. Jarak emosioanl
  3. Minat yang berlebihan pada otonomi
  4. Ketidaknyamanan dalam pengaturan sosial
  5. Tidak bisa mengekspresikan emosi
  6. Suasana hati negatif kronis

Ia menambahkan bahwa tanda-tanda ini sering dianggap sebagai gangguan spektrum autistik. Selain membebani hubungan, tidak mampu mengungkapkan perasaan Anda juga dapat memiliki efek samping fisik yang berbahaya.

Efek samping berbahaya ini termasuk detak jantung cepat, nyeri kronis dan kesulitan bernapas. Para ahli mengatakan kondisi ini lebih sering terjadi pada pria, karena stereotip gender yang didorong pada pria sejak usia muda.

Baca Juga: Gara-Gara Infeksi Virus Corona Covid-19, Bon Jovi Tak Bisa Nyanyi selama 2 Minggu

Hal ini bisa berupan gagasan bahwa laki-laki itu tidak boleh menangis, harus menjadi kuat dan pelindung untuk keluarganya.

Soerio menganggap ucapan ini tidak sehat bagi semua orang, karena setiap manusia memiliki emosi dan perasaan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI