Suara.com - Sudah menjadi rahasia umum bahwa pria sulit menunjukkan emosi mereka. Menurut psikolog Loren Soeiro, perilaku ini dapat disalahartikan sebagai kesombongan.
Soeiro mengatakan bahwa banyak pria tampil sebagai 'pemikir rasional', memisahkan emosi mereka dari keputusan.
Ini menjadi sifat psikologis umum disebut alexithymia, yang dalam bahasa yunani mengacu pada kurangnya emosi.
"Ini bukan gangguan mental, melainkan suatu sifat yang dapat menimbulkan tantangan psikologis lain," kata Soeiro, dilansir The Sun.
Baca Juga: Lucinta Luna Ngaku Ketagihan Operasi Plastik, Benarkah Tanda Gangguan Psikologis?
Ia menjelaskan indikator umum lainnya dari sifat tersebut meliputi:
- takut akan keintiman
- jarak emosional
- minat yang berlebihan pada otonomi
- ketidaknyamanan dalam keadaan sosial
- tidak bisa mengekspresikan emosi
- suasana hati yang buruk dalam jangka panjang
"Tidak mampu mengungkap perasaan juga dapat memiliki efek samping fisik yang berbahaya," sambungnya.
Efek sampingnya bisa berupa detak jantung yang cepat, nyeri kronis, dan kesulitan bernapas.
Kondisi tersebut lebih sering terjadi pada pria karena stereotip gender yang didorong pada pria sejak usia muda.
Baca Juga: Warga Mareje yang Terdampak Kerusuhan Akan Dapat Pelayanan Kesehatan Dan Psikologis
Stereotip tersebut dapat berupa ucapan seperti "lelaki tidak boleh menangis", "lelaki harus kuat", "lelaki harus berani".
Soerio mengatakan hal itu tidak sehat bagi siapa pun karena manusia telah berevolusi untuk memiliki emosi.