Situasi COVID-19 Indonesia Terkendali, Satgas COVID-19: Fakta PPKM Mampu Melandaikan Kenaikan Kasus

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Rabu, 11 Mei 2022 | 20:26 WIB
Situasi COVID-19 Indonesia Terkendali, Satgas COVID-19: Fakta PPKM Mampu Melandaikan Kenaikan Kasus
Warga beraktivitas ketika jam pulang kerja di Kawasan Sudirman - Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (7/2/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Satgas COVID-19 mengapresiasi terkendalinya situasi pandemi COVID-19 di Indonesia usai lebaran, yang tidak memperlihatkan adanya kenaikan kasus.

Dikatakan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito, adanya Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) merupakan instrumen pengendalian COVID-19 yang menunjukkan hasil positif.

"PPKM secara fakta mampu melandaikan kondisi kenaikan kasus dan mempertahankannya hingga saat ini," kata Wiku dikutip dari situs resmi Satgas COVID-19.

Ia menyampaikan jumlah pasien rawat inap menurun 97 persen, tingkat hunian tempat tidur RS hanya 2 persen, kasus kematian menurun hingga 98 persen dan positivity rate terus menurun hingga berada di angka 0,7 persen.

Baca Juga: PTM 100 Persen Usai Lebaran, Orang Tua Tetap Bisa Pilih Sekolah Online

Ilustrasi PPKM (Pixabay).
Ilustrasi PPKM (Pixabay).

Sementara melihat kondisi global, Pemerintah mewaspadai kenaikan kasus seperti di Jepang dan Taiwan. Serta adanya varian baru seperti Ba.4 dan Ba.5 di Afrika Selatan yang umumnya dikhawatirkan, adanya varian baru dapat menjadi pemantik gelombang kasus baru.

Dengan berkaca pada kondisi COVID-19 secara nasional dan global, maka perlunya strategi pada fase baru COVID-19 yang dapat dilakukan saat ini.

Pertama, hidup berdampingan dengan COVID-19. Secara bertahap mengurangi pembatasan aktivitas yang secara bersamaan mendorong terbentuknya perilaku yang lebih sehat dan aman.

Kedua, melindungi lebih optimal populasi beresiko. Misalnya dengan menggencarkan cakupan vaksin sesuai prioritas kelompok rentan dan menyusun strategi testing yang lebih spesifik atau target testing.

Ketiga, mempertahankan resiliensi. Contohnya konsistensi melakukan surveilans dan menyusun rencana kontijensi untuk vaksinasi, atau testing massal jika keadaan darurat kembali terjadi.

Baca Juga: Ridwan Kamil: PPKM Akan Ada Selamanya sampai Deklarasi Pandemi ke Endemi

Keempat, meningkatkan inovasi berdasarkan pembelajaran selama pandemic COVID-19. Pengelolaan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan harus semakin massif untuk upaya deteksi dan pencegahan maupun pengobatan penyakit menular lainnya.

Maka dari itu, dengan implementasi upaya yang baik oleh seluruh elemen masyarakat secara global maka gelombang baru COVID-19 tidak akan muncul kembali. Namun jika strategi ini tidak mampu dijalankan, maka perlu adanya kerelaan untuk kembali menjalani pengetatan aktivitas demi keselamatan dan kesehatan bersama.

Kerja sama ini juga perlu diterapkan dalam mencegah potensi penularan penyakit menular lainnya. Sebagaimana akhir-akhir ini tercatat mengalami kenaikan angka kasus seperti hepatitis akut dan kemunculan penyakit mulut dan kuku pada hewan.

Dan juga, perlu diketahui bersama bahwa belajar dari pandemi COVID-19 dibutuhkan kerjasama pentahelix yang bersifat multinasional dalam mencegah pandemi yang berpotensi terjadi di masa depan dengan pendekatan aspek yang komprehensif yaitu kesehatan manusia dan aspek lain yang bersinggungan seperti kesehatan hewan dan lingkungan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI