Dampingi Pasien TBC Resistan Obat, Ike Tanggung Risiko Tertular Demi Kesembuhan Pasien

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Rabu, 11 Mei 2022 | 17:12 WIB
Dampingi Pasien TBC Resistan Obat, Ike Tanggung Risiko Tertular Demi Kesembuhan Pasien
Ike Nimah Tatimu pendamping pasien TBC RO dari Pejuang Tangguh TB-RO Jakarta. (Dok. PETA)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - TBC alias tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang sangat mudah menular. Karenanya, pasien TBC perlu rutin minum obat serta memiliki peralatan makan sendiri untuk menghindari risiko penularan pada keluarga.

Namun bagi Ike Nimah Tatimu, berdekatan dengan pasien TBC adalah hal biasa. Hal ini dikarenakan ia adalah salah satu pendamping pasien TB dari organisasi PETA (Pejuang Tangguh TB-RO Jakarta). Mendampingi pasien TBC RO sejak tahun 2013, Ike aktif sebagai kader pendampingan di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

"Walau ada resiko sebagai kader TBC yang bisa tertular (TBC) pada keluarga, tapi keluarga saya sangat mendukung kegiatan pendampingan pasien TBC yang saya lakukan," ujarnya dalam keterangan kepada Suara.com.

Pendampingan dilakukan Ike dengan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya soal kepatuhan minum obat, penggunaan masker, menjaga jarak, hingga perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan memastikan pasien TBC berobat sembuh, maka sumber penularan bagi lingkungan dapat dihilangkan.

Baca Juga: Kocak! Kampanye TBC, Bintang Emon Sindir Anak Muda Jangan Cuma Tahu TBL

Tentu saja, sebagai kader ada tantangan yang dihadapi oleh Ike. Salah satunya yang paling sering adalah penolakan dari pasien dan keluarga untuk berobat. Ketika mengalami hal ini, Ike pun mempraktikkan pendekatan khusus yang dipelajarinya. Contohnya, memberikan pemahaman dan informasi menyeluruh pada pasien tentang pentingnya berobat TBC sampai sembuh.

"(Peran sebagai) kader TBC ini sudah mendarah daging dan saya tidak bisa lepas dari kader TBC. Saya harus menolong orang yang terkena penyakit TBC, sampai sembuh. Mereka membutuhkan kader untuk memberikan edukasi terhadap pasien dan keluarga bahwa penyakit TBC ini dapat disembuhkan dengan meminum obat secara teratur dan bukan sakit turunan atau sakit guna-guna," terangnya.

Tidak hanya aktif memberikan pendampingan pada pasien TBC RO, Ike juga aktif dalam kegiatan advokasi di tingkat masyarakat, termasuk mengikuti Musrembangda. Dengan mengikuti rembuk warga di tingkat RW misalnya, ia berhasil mendorong adanya pendanaan untuk pendampingan pasien TBC RO di Jakarta, khususnya di daerah domisilinya kelurahan Warakas.

Kontribusi langsung masyarakat dalam meningkatkan komitmen pendanaan ini merupakan salah satu peran penting yang diharapkan dari berbagai golongan, agar terciptanya kesinambungan bagi program TBC di wilayah terkait.

Ike berharap, Indonesia akan berhasil mengeliminasi TBC di tahun 2030 sesuai dengan target pemerintah.

Baca Juga: Kemenkes Sebut Penanganan Kusta Bisa Untuk Eliminasi TBC di Indonesia, Begini Caranya!

"Saya senang karna dengan peran saya sebagai kader, saya bisa membantu banyak orang untuk terbebas dari TB," tutupnya.

Indonesia menduduki peringkat ketiga untuk negara dengan beban Tuberkulosis (TBC) tertinggi di dunia menurut laporan WHO tahun 2021, setelah China dan India. Pada tahun 2021 diperkirakan terdapat 824.000 kasus TBC di Indonesia dan 7.921 diantaranya terkonfirmasi TBC Resistan Obat (TBC RO).

Pada tahun yang sama, di Provinsi DKI Jakarta terdapat 685 pasien yang terdiagnosis sebagai TBC Resistan Obat (TBC RO) dan sebanyak 108 orang diantaranya berdomisili di wilayah Kota Administratif Jakarta Utara. Dari 108 orang tersebut hanya 58 orang diantaranya yang memulai pengobatan TBC RO.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI