Suara.com - Dwi Ariesta Wardhana, seorang penderita obesitas dengan bobot 275 kilogram jatuh dari lift di rumahnya di Puri Kartika Asari, Kelurahan Arjowinangun, Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur. Sebelum Dwi, ada beberapa kasus obesitas di Indonesia yang sempat menyita perhatian.
Insiden yang dialami Dwi Ariesta Wardhana tersebut terjadi pada Sabtu (7/5/2022), dimana saat itu Dwi hendak turun karena dipanggil oleh ibunya yang sedang sakit.
Akibat dari peristiwa tersebut, Dwi disebut mengalami patah tulang betis di kedua kakinya. Selain itu, 17 warga setempat mengaku sempat kesulitan saat mengevakuasi Dwi.
Ambulans yang datang juga tidak bisa membawanya ke rumah sakit. Warga kemudian berinisiatif membawa Dwi ke RS Saiful Anwar Malang menggunakan mobil pikap.
Baca Juga: Beragam Gejala Kanker Usus Besar, Baik Sistemik Maupun Lokal
Tak hanya Dwi Ariesta Wardhana, ada 6 kasus obesitas di Indonesia yang pernah menyita perhatian publik. Berikut daftarnya.
1. Arya Permana
Arya Permana menjadi penderita obesitas yang paling dikenal banyak orang. Pada tahun 2017, warga Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegalwarung, Karawang ini kelebihan berat badan dengan angka mencapai 192 kg.
Namun, selang dua tahun, Arya berhasil menurunkan berat badannya menjadi 85 kilogram. Ia rajin berolahraga yang didampingi dan diawasi oleh Ade Rai.
Arya juga diketahui sempat menjalani operasi bariatrik di RS Omni Alam Sutera, Tangerang. Setelahnya, ia mengaku menjadi mudah kenyang dan porsi makannya berkurang drastis.
Berkat kemauannya, peran orangtua serta bantuan dari banyak pihak, berat badan Arya akhirnya berangsur turun.
Baca Juga: Kondisi Pria Obesitas di Malang Kian Membaik Pasca Insiden Lift Jatuh
Tepat di tahun 2019, Arya bisa kembali beraktivitas seperti anak-anak pada usianya. Ia sudah memulai sekolah menengah, mampu bermain sepak bola, naik motor, hingga berenang.
2. Titi Wati
Pada awal Januari 2019 lalu, Titi Wati sempat menyita perhatian publik karena disebut memiliki berat badan yang mencapai 300 kilogram.
Titi adalah warga Jalan George Obos XXX, Gang Bima, Kota Palangkayara. Usai ditimbang, petugas medis menyebut berat badan Titi menyentuh angka 200 kilogram.
Pada Selasa (15/1/2019), ada sedikitnya 20 sukarelawan yang dikerahkan untuk membawa Titi ke ruang inap. Ia menjalani operasi yang memakan waktu sekitar 4 jam dan melibatkan 16 dokter ahli.
Ia akhirnya dibolehkan pulang usai menjalani rawat inap selama tujuh hari. Saat itu, tim terpaksa menjebol pintu dan jendela rumahnya agar tandu yang membawa Titi bisa masuk.
Di sisi lain, tim medis tetap memantau kesehatan Titi. Dalam setiap bulan, target penurunan berat badan mencapai 15 kg hingga 20 kg.
Untuk mencapai target tersebut, tim medis diketahui belum mengizinkan Titi makan nasi. Ia hanya diperbolehkam minum susu khusus sebagai pelengkap kalori tubuh.
Selain itu, Titi juga diberi makanan ringan sehat lain agar kadar kalori dalam tubuhnya tetap terpenuhi.
3. Yudi Hermanto
Penderita obesitas dengan berat mencapai 310 kg, Yudi Hermanto, dikabarkan meninggal pada Minggu (10/12/2017) subuh.
Yudi diketahui sempat mengalami sesak napas dan kejang-kejang. Ia meninggal usai mendapat perawatan di RSUD Karawang selama sepekan.
Kerabatnya, Nadia, mengatakan bahwa Yudi bangun sekitar pukul 04.00 WIB dan mengaku kepanasan. Ia kemudian memutuskan untuk mandi dan mengeluhkan sesak napas saat kembali berbaring.
Pihak keluarga mencoba menghubungi dokter. Namun, Yudi terus mengalami kejang-kejang hingga berujung tidak bergerak.
"Karena panik, saya langsung menghubungi perawat yang jaga. Namun, setelah perawat datang, Yudi sudah tak bergerak," kata Nadia.
Sebelumnya, Yudi sempat menerima bantuan pengobatan dari Pemkan Karawang melalui Dinas Kesehatan Karawang. Berat badannya sendiri dalam setahun terus melonjak dari 110 kg menjadi 310 kg.
4. Satia Putra
Satia Putra, bocah penderita obesitas dengan berat 110 kg asal Karawang, Jawa Barat juga dikabarkan meninggal dunia, pada Sabtu (28/9/2019) sekitar pukul 21.00 WIB.
Sang ayah, Sarli bercerita dalam sehari anaknya bisa enam kali makan. Belum termasuk cemilan seperti bakso dan ayam tepung. Satia banyak menghabiskan waktu di rumah.
Sarli juga menyebutkan bahwa berat badan Satia naik setelah disunat pada umur tiga tahun. Kian hari, nafsu makannya semakin meningkat.
Menurut laporan paramedis puskesmas yang memeriksa, Satia mengalami obesitas atau kegemukan karena pola makan yang berlebihan serta jarang bergerak.
Sebelum meninggal, Satia sempat dirawat di puskesmas setempat karena batuk dan sesak nafas. Berat badannya saat itu juga bertambah dari 105 kg menjadi 110 kg.
5. Sunarti
Sunarti, warga Desa Cibalongsari, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat juga menderita obesitas dengan berat badan 148 kg.
Pada Rabu (30/1/2019) lalu, ia dilarikan ke IGD RSUD Karawang karena merasa sesak napas. Sunarti tinggal sendiri di rumahnya. Sementara sang suami disebut bekerja di luar kota dan hanya pulang dalam waktu tertentu.
Sunarti mengatakan dirinya jarang melakukan aktivitas dan kerap mengurung diri di dalam rumah. Ia mengaku hanya makan nasi dua kali sehari. Namun diselingi menjadikan bakso dan mi sebagai camilan.
Pada 31 Januari 2019, Sunarti dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung. Kemudian, pada 18 Februari 2019, ia juga menjalani operasi pengecilan lambung.
Dua pertiga lambung Sunarti dipotong untuk mengurangi volume dan kapasitas jumlah makanan yang dikonsumsinya. Selain itu, tim medis juga mengangkat alat sensor lapar yang berada di lambung.
Usai menjalani perawatan, Sunarti dibolehkan pulang pada 1 Maret 2019. Pihak rumah sakit mengklaim, saat itu suhu badan, nadi, tensi, dan respirask Sunarti masuk dalam keadaan baik.
Namun, Sunarti dikabarkan meninggal pada Sabtu (2/3/2022) sekitar pukul 04.00 WIB. Sebelumnya, ia sempat mengeluh sesak napas. Padahal saat itu, ia sudah berhasil menurunkan berat badan sebanyak 15 kg.
6. Silvia
Silvia Dwi Susanti, warga Desa Cangkring, Kecamatan Bluluk, Lamongan juga menderita obesitas dengan bobot mencapai 179,3 kg.
Pada Kamis (11/10/2019) lalu, tenaga medis dari puskesmas memeriksa kondisi kesehatan Silvia. Kegemukam membuatnya berhenti sekolah saat duduk di bangku kelas dua SMP.
Alasannya tidak lagi ingin bersekolah karena malu dengan berat badanya yang terus bertambah. Ia pun harus menjalani terapi. Tiga bulan setelahnya, bobot remaja ini turun menjadi 154 kilogram.
Penurunan berat badan Silvia ini terjadi setelah yang bersangkutan mengikuti anjuran terapi serta program diet yang diberikan oleh tim medis puskesmas setempat.
Program diet teratur yang dianjurkan oleh pihak puskesmas cukup membantu Silvia untuk kembali mendapatkan berat badan ideal sesuai usianya.
Itulah enam kasus obesitas di Indonesia yang sempat meramaikan dunia maya.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti