Suara.com - Lucinta Luna mengaku telah ketagihan operasi plastik agar dirinya selalu tampil cantik sebagai perempuan. Selain demi kebahagiaan dirinya sendiri, operasi plastik itu juga dilakukannya demi bisa mengejar lelaki incarannya.
"Tujuannya, iya satu faktor utamanya cowok, aku lagi ngejar satu cowok. Kedua ini adalah salah satu kebahagiaan aku, cara kebahagiaan aku ya seperti ini. Jadi kayak ketagihan operasi," aku Lucinta Luna dikutip dari video pada akun YouTube dr. Richard Lee, Minggu (8/5/2022).
Dokter Richard menimpali pernyataan penyanyi dangdut tersebut dan mengatakan kalau ketagihan operasi plastik itu sebenarnya termasuk gangguan psikologis.
"Itu ada penyakitnya, memang kalau enggak diubah ada sesuatu," kata dokter Richard.
Baca Juga: Potret Lucinta Luna Bareng Seleb Tampan, Dari El Rumi hingga Verrell Bramasta
Lucinta Luna juga mengakui hal tersebut. Ia mengatakan kalau dirinya selalu merasa terusik apabila orang berkomentar tentang kekurangan dari penampilan fisiknya.
"Aku tuh orang yang pesimis. Paling takut kalau tiba-tiba ketemu sama teman, 'kok muka lu begini-begini', aku ada ketakutan, aku insecure kalau diomongin orang. Jadi aku merasa kayaknya harus ganti lagi," ujarnya.
Mengutip dari Addiction Center, keinginan terus melakukan operasi plastik seringkali muncul dari rasa tidak puas terhadap penampilan. Emosi seperti itu sebenarnya normal dan kadang-kadang dialami semua orang.
Tetapi, emosi menjadi bermasalah apabila rasa tidak puas menjadi obsesif dan hanya fokus untuk terus malakukan operasi plastik. Secara psikologis, orang tersebut bisa dikatakan mengalami gangguan dismorfik tubuh (body dysmorphic disorder/BDD).
Gangguan dismorfik tubuh merupakan kondisi kejiwaan langka yang berfokus pada 'cacat' tubuh, sehingga menjadi obsesif untuk melakukan operasi terus-menerus. Gangguan seperti itu umum terjadi bersamaan dengan kecanduan operasi plastik.
Baca Juga: Bingkisan Lucinta Luna sampai Aurel Hermansyah, 5 Hampers Lebaran Seleb 2022
Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa gangguan dismorfik tubuh 15 kali lebih mungkin terjadi pada pasien operasi plastik.