Suara.com - Pasien yang diberi resep diuretik dan penghambat sistem renin-angiotensin (RSA), seperti penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE) atau penghambat reseptor angiotensin (ARB) untuk mengontrol hipertensi harus menghindari ibuprofen.
Diuretik dan inhibitor RSA tersedia dalam berbagai nama merek farmasi. Sementara, obat penghilang rasa sakit seperti ibuprofen biasanya tersedia tanpa resep dengan merek nama yang berbeda.
Para peneliti di University of Waterloo melihat interaksi diuretik, RSA, dan ibuprofen menggunakan uji coba obat yang disimulasikan komputer.
Para peneliti menemukan kombinasi dari ketiga obat tersebut dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan bisa bersifat permanen pada beberapa kasus.
Baca Juga: Varian Virus Corona Baru Kebal Antibodi, Ahli Peringatkan Risiko Gelombang Pandemi Berkelanjutan
"Diuretik adalah keluarga obat yang membuat tubuh menahan lebih sedikit air," kata Anita Layton, profesor matematika terapan di Waterloo and Canada 150 Research Chair dikutip dari Fox News.
Lebih lanjut, Layton menjelaskan dehidrasi merupakan faktor utama dalam cedera ginjal akut dan ibuprofen serta inhibitor RAS meningkatkan risikonya hingga 3 kali lipat.
Jika Anda sedang mengonsumsi obat hipertensi dan membutuhkan obat penghilang rasa sakit, pertimbangkan acetaminophen sebagai gantinya.
Rilis tersebut menjelaskan bahwa uji coba obat yang disimulasikan komputer dapat memberikan hasil yang lebih cepat daripada uji klinis pada manusia.
"Tidak semua orang yang mengonsumsi kombinasi obat ini akan mengalami masalah kesehatan. Tapi, penelitian menunjukkan itu cukup membuat masalah kesehatan, sehingga harus berhati-hati," kata Layton.
Baca Juga: Sakit Perut akibat Virus Corona Covid-19 vs Penyakit Lain, Ini Perbedaannya!
Studi tersebut menyatakan bahwa terapi tiga obat ini dikaitkan dengan peningkatan risiko cedera ginjal akut sebesar 31 persen, dibandingkan dengan pasien yang diobati dengan diuretik dan ACE inhibitor/ARB saja.
Laporan yang diterbitkan juga menyatakan bahwa cedera ginjal akut akibat terapi tiga obat terjadi pada 0,88 persen-22 persen dari pasien perawatan tiga kali lipat.
"Hasil simulasi kami mengungkapkan adanya peran kunci dari respons miogenik dalam menentukan risiko cedera ginjal akut," katanya.
Respon miogenik adalah mekanisme di mana diameter pembuluh darah menyempit setelah peningkatan tekanan dan peningkatan diameter setelah penurunan tekanan ini untuk mempertahankan aliran darah yang sesuai.
"Kami berhipotesis bahwa individu dengan respons miogenik yang terganggu mungkin sangat rentan terhadap cedera ginjal akut," katanya.
Selain itu, peningkatan sensitivitas obat atau asupan air yang rendah dapat mempengaruhi pasien terapi tiga obat terhadap cedera ginjal akut.
Karena itu, pakar kesehatan menyarankan semua orang untuk konsultasi dengan dokter sebelum minum obat apapun yang dijual bebas. Hal ini berguna untuk menghindari interaksi antar obat.