Suara.com - Para peneliti telah mencoba mencari tahu penyebab orang pertama yang menerima transplantasi jantung babi meninggal dunia.
Mereka menemukan jantung babi tersebut menyimpan virus hewan, tetapi belum bisa dikatakan virus itu menyebabkan kematian atau tidak.
David Bennett, pria yang menerima donor jantung babi itu meninggal dunia 2 bulan setelah transplantasi eksperimentan yang inovatif.
Para dokter Universitas Maryland mengatakan mereka menemukan hal yang mengejutkan dari DNA virus jantung babi.
Baca Juga: Parahnya COVID-19 Bisa Disebabkan Oleh Buruknya Masalah Kognitif Pada Pasien, Ini Penjelasannya
Mereka tidak menemukan tanda-tanda bahwa virus yang disebut porcine cytomegalovirus ini menyebabkan infeksi aktif.
Tetapi dilansir dari Times of India, risiko utama dari transplantasi organ hewan ke manusia adalah infeksi virus baru pada manusia.
Karena, Dr. Bartley Griffith, ahli bedah yang melakukan transplantasi Bennett mengatakan beberapa virus bisa bersifat laten yang mengintai tanpa menyebabkan penyakit.
Namun, pengembangan sedang dilakukan untuk pengujian yang lebih canggih. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa mereka tidak melewatkan jenis virus ini.
Virus hewan pertama kali dilaporkan oleh MIT Technology Review. Selama beberapa dekade, dokter juga telah mencoba menggunakan organ hewan untuk menyelamatkan nyawa manusia tanpa hasil
Baca Juga: Duh, Studi Sebut Covid-19 Bisa Bikin Otak 20 Tahun Lebih Tua
Sedangkan, kasus Bennett ini ia tidak cukup memenuhi syarat untuk menerima transplantasi jantung manusia.
Karena itu, ia mendapatkan donor jantung babi. Tim Maryland mengatakan babi donor itu sehat, telah lulus pengujian yang dipersyaratkan oleh Food and Drug Administration untuk memeriksa infeksi, dan dibesarkan di fasilitas yang dirancang untuk mencegah hewan menularkan infeksi.
Griffith mengatakan pasiennya sempat terlihat cukup baik setelah mendapatakan donor jantung babi. Kemudian, ia bangun dalam kondisi lebih buruk dengan gejala mirip infeksi suatu pagi.
Dokter pun melakukan banyak tes untuk mencoba mengetahui penyebabnya dan memberikan berbagai antibiotik, obat antivirus, dan perawatan peningkat kekebalan.
Tapi, jantung babi itu membengkak, berisi cairan dan akhirnya berhenti bekerja. Meski begitu, Griffith mengaku tidak tahu apa yang membuat virus menyebabkan pembengkakan jantung.