Suara.com - Semakin banyak pasien yang membutuhkan transplantasi hati di usia lanjut. Artinya, kasus penyakit hati juga semakin meningkat.
Ilmuwan memperkirakan penyakit hati berlemak non-alkohol akan menjadi alasan utama banyaknya permintaan transplantasi hati dalam puluhan tahun berikutnya, lapor Insider.
Menurut para ilmuwan, salah satu penyebab penyakit hati tersebut adalah paparan bahan kimia yang disebut Perfluorinated Alkylated Substances (PFAS), yang sangat lambat terurai di dalam tubuh.
Umumnya, PFAS atau 'zat kimia selamanya' ini digunakan dalam wajan antilengket, karena sifatnya tahan panas, tahan air, tahan noda, dan tahan minyak.
Baca Juga: Hindari Penggunaan Bahan Kimia, 5 Buah Ini Bisa Bantu Cerahkan Kulit
Berdasarkan analisis yang terbit di Environmental Health Perspectives, ilmuwan juga telah menemukan bahwa beberapa PFAS berada di udara dan air minum yang terkontaminasi.
Bahan kimia ini juga akan tetap berada di aliran darah seumur hidup. Padahal, paparan PFAS dikaitkan dengan risiko kesehatan, seperti kanker, fungsi kekebalan yang melemah, dan keterlambatan perkembangan pada anak.
Para ilmuwan yang mempelajari kesehatan lingkungan telah mencurigai adanya hubungan antara PFAS dan kerusakan hati selama bertahun-tahun.
Mereka mencatat bahwa PFAS secara struktural mirip dengan asam lemak, sehingga paparan bahan kimia ini dapat meniru efek mengonsumsi banyak lemak.
Studi pada hewan pengerat yang terpapar PFAS mengungkap bahwa bahan kimia ini mengikat reseptor untuk asam lemak, menyebabkan penumpukan lemak abnormal di hati.
Karenanya, semakin lama paparan terhadap PFAS bisa menyebabkan penyakit hati berlemak non-alkohol.
Baca Juga: Berbahaya Bagi Kesehatan! BPOM Beberkan 6 Jenis Bahan Kimia Obat yang Terkandung di Obat Tradisional