Suara.com - Istilah 'tes keperawanan' hingga kini masih sering digunakan oleh masyarakat. Tes ini mengacu pada pemeriksaan fisik selaput dara, yang dianggap sebagai indikator 'perawan' atau tidaknya perempuan tersebut.
Tes ini dilakukan dengan memasukkan dua jari ke vagina atau 'two-finger test' untuk mengetahui apakah selaput dara masih utuh atau tidak.
Bila selaput dara diketahui sudah robek, maka perempuan tersebut dianggap tidak perawan karena diduga sudah melakukan hubungan seks.
Selaput dara atau hymen merupakan lapisan kulit tipis yang berada sekitar satu hingga dua sentimeter dari bibir vagina. Seiring bertambahnya usia, bentuk lapisan bisa berubah dan menebal yang dipengaruhi oleh hormon estrogen.
Baca Juga: Cara Perempuan China Lawan Stigma Perawan Tua: Pamer Hidup Glamor dan Kesuksesan!
Namun, tidak semua perempuan memiliki selaput dara dan bentuknya pun sangat elastis sehingga bisa tidak robek. Jika robek pun, tidak selalu disebabkan oleh berhubungan intim.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan selaput darah robek termasuk cedera, olahraga, penggunaan tampon, maupun masturbasi.
Hal ini juga diluruskan oleh dokter sekaligus seleb TikTok, dr. Farhan Zubedi.
Dalam unggahan video terbaru, Kamis (5/5/2022), dr. Farhan menjelaskan bahwa sebenarnya tidak ada istilah 'tes keperawanan' maupun 'keperawanan' dalam dunia medis.
"Jadi tes keperawanan itu secara medis tidak ada. Tidak terbukti bahwa pemeriksaan ini bisa melihat apakah seseorang masih perawan atau tidak," kata dr. Farhan.
Baca Juga: Hard Gumay Ramal Vicky Prasetyo Bakal Nikahi Artis Muda: Masih Perawan
Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia, UN Women dan UN Human Rights telah mendukung dihapuskannya tes keperawanan sejak 2018 lalu karena terbukti tidak bermanfaat secara medis.
Sebaliknya, tes keperawanan justru dapat menyebabkan rasa sakit, malu, dan traumatik kepada perempuan.
"Jadi, sudah seharusnya tes keperawanan ini ditinggalkan karena tidak terbukti bermanfaat secara medis, serta tidak etis, juga meninggalkan dampak buruk bagi fisik, mental, dan sosial bagi orang yang mengalaminya," imbuh dr. Farhan.
Sebagai informasi, bulan lalu, Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) TNI Mayjen TNI Budiman mengatakan bahwa tes keperawanan bagi calon prajurit wanita TNI dinyatakan tidak efektif atau dihapus.
Sebab, menurut Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, tes keperawanan tidak memengaruhi calon ketika menjalani pendidikan, latihan, bahkan penugasan sebagai wanita TNI.