Ngeri Banget! Kasus COVID-19 di Afrika Tembus 11,4 Juta

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 03 Mei 2022 | 00:25 WIB
Ngeri Banget! Kasus COVID-19 di Afrika Tembus 11,4 Juta
Pandemi Covid-19 di Afrika. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Afrika (CDC Afrika) menyebut kasus COVID-19 di Afrika masih terus bertambah.

Dikutip dari ANTARA, kasus terkonfirmasi COVID-19 di Afrika mencapai 11.446.107 hingga 1 Mei.

Badan layanan kesehatan khusus Uni Afrika itu mengatakan korban meninggal karena COVID-19 di seluruh Afrika berjumlah 252.157 dan sejauh ini sebanyak 10.803.991 pasien telah dinyatakan sembuh dari penyakit tersebut.

Afrika Selatan, Maroko, Tunisia, Mesir dan Libya menjadi negara yang paling banyak melaporkan kasus, kata CDC Afrika.

Baca Juga: Libur Lebaran, Pantai Kuta Bali Mulai Dipadati Wisatawan

Afsel mencatat angka tertinggi dengan 3.791.925 kasus, disusul Maroko dengan 1.164.953 kasus, hingga Ahad.

Terkait beban kasus, Afrika bagian selatan menjadi kawasan yang paling terdampak pandemi, diikuti utara dan timur. Sedangkan Afrika tengah menjadi yang paling sedikit terimbas pandemi, menurut CDC Afrika.

Long COVID-19 Mengintai 200 Juta Orang di Dunia

Para ilmuwan di dunia memperkirakan lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia mengalami efek jangka panjang dari Covid-19, berdasarkan penelitian baru-baru ini.

Ada kebingungan dan heterogenitas substansial tentang bagian mana dari pasien yang didiagnosis Covid-19 yang berjuang dengan kondisi pasca-Covid setelah fase gejala akut infeksi berakhir.

Baca Juga: Tradisi Salaman Massal Lebaran di Desa Darmaraja Ciamis

Ada keraguan dalam definisi long covid dalam literatur. Baru-baru ini, WHO mengusulkan definisi kasus klinis dari kondisi pasca Covid-19.

“Sebelum pengenalan definisi ini, penelitian telah melaporkan adanya rangkaian gejala pada beberapa titik waktu setelah diagnosis Covid, (selang 30 hari, 90 hari, 6 bulan, 1 tahun). Kami ingin mensintesis bukti dari penelitian di seluruh dunia dan mengidentifikasi gejala yang paling sering dilaporkan," kata kandidat MS dalam biostatistik di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Michigan, Spencer R. Haupert, BS, dikutip dari Healio.

Perkiraan prevalensi gejala jangka panjang terjadi pada jarak waktu 30 sampai 120 hari setelah infeksi masing-masing, menurut penelitian.

Selain itu, penelitian yang dilakukan Haupert dkk juga mencatat lebih dari 16 negara warganya mengalami pasca Covid-19, bervariasi di seluruh wilayah geografis. Prevalensi tertinggi terjadi di Asia (51%), diikuti oleh Eropa (44%) dan Amerika Utara (31%).

"Negara-negara perlu mengambil pendekatan proaktif dan memiliki sistem dukungan kesehatan dan ekonomi. Ini tentu saja menjadi beban perawatan kesehatan yang besar tetapi juga dapat menghambat produktivitas ekonomi karena kondisi disabilitas pasca Covid-19," kata Haupert.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI