Dalam empat jam, kondisinya membaik dan ia sudah bisa berjalan serta berbicara walau masih dengan sedikit kesulitan.
Suatu ketika ketika Eberts merasa sangat kesakitan, para peneliti masuk ke toilet dan memproses sampel tinja serta urin.
Dari sampel ini, peneliti dapat mempelajari jenis respons imun yang ditimbulkan vaksin dan mengukur lebih baik apakah aksin dapat mengurangi beban penyakit.
"Cara ini membuat kami mempelajari mekanisme perlindungan (vaksin)," terang peneliti Chen.
Ini adalah uji coba fase kedua. Sebelumnya, peneliti telah melakukannya di Israel.
Bila hasil uji coba fase kedua menunjukkan bahwa vaksin dapat ditolerensi dan efektif dalam emncegah penyakit parah, maka vaksin dapat diuji dalam skala yang lebih besar, biasanya pada ratusan ribu orang di seluruh dunia.