Suara.com - Bagi pengidap sindrom alpha-gal, gigitan kutu bintang tunggal atau lone star tick dapat memicu gejala alergi. Begitu pula ketika mereka memakan daging merah.
Sindom alpha-gal (AGS) merupakan reaksi alergi terhadap daging merah, seperti daging sapi, domba, dan babi, serta produk dari mamalia, seperti produk kosmetik, vaksin, maupun obat-obatan yang mengandung gelatin.
Dilansir Insider, sindrom ini relatif baru di dunia medis, dengan 24 kasus resmi AGS dilaporkan pada 2009. Tetapi ada semakin banyak kasus telah dilaporkan di AS Timur dan Tengah selama 10 tahun terakhir.
Untuk memahami sindrom ini lebih jauh, perusahaan biotek Revivicor membuat inovasi baru agar pengidap sindrom AGS dapat memakan daging, yakni dengan memodifikasi gen babi.
Baca Juga: 5 Penyebab Kelopak Mata Bengkak, Mulai dari Alergi hingga Kalazion
Daging babi modifikasi ini diklaim tidak akan memicu reaksi alergi daging merah.
"Jawabannya mungkin terletak pada otot dan lemak babi yang dimodifikasi secara genetik yang awalnya dikembangkan untuk transplantasi organ," tulis peneliti Sarah Zhang, dilansir Insider.
Selama bebulan-bulan, perusahaan ini telah mengirimkan produk daging babi khusus kepada penderita AGS secara gratis.
Babi dimodifikasi secara genetik agar tidak memicu reaksi alergi
Babi hanyalah salah satu dari banyak spesies mamalia yang mengandung alpha-gal, molekul gula yang membedakan mereka dari manusia dan primata lainnya.
Baca Juga: Fenomena Mengerikan, Alergi Daging Akibat Gigitan Kutu
Beberapa penderita AGS sangat sensitif, sehingga sejumlah kecil molekul gula alpha-gal dalam susu atau gelatin dapat menyebabkan alergi parah.
Namun, perubahan sedikit pada kode genetik hewan sudah dapat membuat perbedaan siginikan yang dapat 'mengubah' hidup.