Suara.com - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan hampir 60 persen populasi di Amerika Serika telah terinfeksi virus corona Covid-19.
CDC juga menemukan 75 persen nak-anak dan remaja AS menunjukkan bukti serologis dari infeksi virus corona Covid-19 sebelumnya dan sekitar sepertiga dinyatakan positif baru sejak Desember 2021.
"Temuan ini menggambarkan tingkat infeksi yang tinggi untuk virus corona Covid-19 varian omicron, terutama di kalangan anak-anak," kata penelitian dikutip dari Fox News.
Menurut laporan itu, para peneliti menguji sampel darah dari puluhan ribu orang Amerika setiap empat minggu, dari September 2021–Februari 2022.
Baca Juga: Ahli: Vaksin AstraZeneca dan Vaksin Covid-19 mRNA Beri Tingkat Perlindungan Setara
Para ilmuwan menganalisis sampel untuk mendeteksi tingkat antibodi anti-nukleokapsid (anti-N), yang diproduksi sebagai respons terhadap Infeksi virus corona Covid-19, bukan dari vaksinasi.
Mereka tidak membedakan tingkat antibodi apa yang mungkin dianggap protektif dan mencatat bahwa para ilmuwan masih mencoba untuk mendapatkan pemahaman tentang peran antibodi dalam melindungi diri dari virus corona Covid-19.
Selama periode penelitian ini, mereka menemukan 34 persen orang menunjukkan bukti infeksi sebelumnya pada bulan Desember 2021 dan angka itu meningkat menjadi 58 persen pada Febuari 2022.
Selama periode Desember 2021 hingga Febuari 2022, para peneliti menemukan peningkatan tajam yang mengkhawatirkan pada anak-anak dan remaja yang memiliki antibodi.
Persentase melonjak dari hampir 45 persen pada Desember 2021 menjadi hampir 75 persen pada Febuari 2022, yang mana sebagian besar adalah anak usia di bawah 17 tahun.
Baca Juga: Jangan Suntik Mepet Jadwal Mudik, Dokter Sebut Vaksin Covid-19 Butuh Waktu Bentuk Antibodi!
Pada waktu rentang waktu itulah varian Omicron sedang menyebar atau mendominasi di Amerika Serikat.
Dr. Kristie Clarke, salah satu pemimpin tim CDC yang melacak tingkat infeksi virus corona, mengaku sudah memperkirakan adanya peningkatkan kasus infeksi virus corona Covid-19 pada bulan tersebut, tapi tidak setinggi yang terjadi.
"Kami tidak mengantisipasi terjadinya penyakit yang lebih parah dari beberapa subvarian ini, tapi kami secara aktif mempelajarinya," kata Dr. Rochelle Walensky, Direktur CDC dikutip dari Fox News.
Temuan mereka juga mengungkapkan bahwa selama periode Desember 2021-Februari 2022, prevalensi antibodi meningkat dari 36,5 persen menjadi lebih dari 63 persen pada orang dewasa usia 18-49 tahun.
Kemudian, dari 29 persen mnjadi hampir 50 persen pada orang usia 50-64 tahun selama periode yang sama. Pada mereka yang berusia di atas 65 tahun, jumlahnya meningkat dari sekitar 19 persen menjadi lebih dari 33 persen.
Prevalensi antibodi yang lebih rendah pada kelompok usia yang lebih tua ini mungkin terkait dengan peningkatan penggunaan tindakan pencegahan, seperti memakai masker, jarak sosial dan vaksinasi.
Meskipun beberapa penelitian menunjukkan infeksi sebelumnya dapat melindungi orang dari infeksi parah dan rawat inap akibat virus corona Covid-19.
Pejabat CDC menekankan pentingnya mendapatkan vaksin Covid-19 dosis satu dan dua, serta suntikan booster untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap virus corona. Bahkan, mereka yang sudah pernah terinfeksi pun tetap harus vaksinasi.
"Seropositif untuk antibodi anti-N tidak boleh ditafsirkan sebagai perlindungan dari infeksi di masa depan. Vaksinasi tetap menjadi strategi teraman untuk mencegah komplikasi dari infeksi SARS-CoV-2, termasuk rawat inap di antara anak-anak dan orang dewasa," kata CDC.