Kanker Ovarium Bukan 'Pembunuh Dalam Senyap', Peneliti: Dokter Sering Salah Mendiagnosis

Selasa, 26 April 2022 | 21:25 WIB
Kanker Ovarium Bukan 'Pembunuh Dalam Senyap', Peneliti: Dokter Sering Salah Mendiagnosis
Ilustrasi seorang wanita alami gejala kanker ovarium (Pexels.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kanker ovarium merupakan tumor yang mematikan bagi perempuan. Jenis kanker ini juga dianggap sebagai 'pembunuh diam-diam', karena dokter mengira gejalanya tidak terdeteksi.

Karena tidak ada tes skrining yang efektif saat ini, 70% penderita didiagnosis pada stadium lanjut, ketika kemungkinan penyembuhannya rendah.

Namun, dilansir The Conversation, ada banyak penelitian selama 20 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa kanker ovarium memiliki peringatan dini.

Profesor Obstetri dan Ginekologi Barbara Goff dari Universitas Washington, AS, pernah melakukan riset pada 2000 silam tentang hal ini.

Baca Juga: Bukan Sehat, 4 Suplemen Ini Justru Picu Risiko Kanker

Dalam risetnya, mereka menyurvei 1.700 penderita kanker ovarium. Hasilnya ditemukan bahwa 95% pasien mengeluhkan gejala pada tiga hingga 12 bulan sebelum diagnosis.

Foto oleh Anna Tarazevich dari Pexels
Ilustrasi kanker ovarium (Foto oleh Anna Tarazevich dari Pexels)

Gejala paling umum adalah nyeri di panggul dan perut, peningkatan frekuensi dan keinginan buang air kecil, kesulitan makan atau merasa cepat kenyang, serta kembung atau distensi abdomen.

Penderita kanker stadium lanjut dan stadium awal melaporkan gejala yang serupa.

Studi selanjutnya dari beberapa riset lain juga mengonfirmasi bahwa pasien kanker ovarium stadium awal sering mengalami gejala.

"Kami juga menemukan dokter sering salah mendiagnosis kanker ovarium sebagai kondisi lain," kata Goff.

Baca Juga: Mengenal Terapi Sel T Car, Harapan Bagi Pasien Kanker Darah

Menurut peserta studinya, sebanyak 15% wanita disebut mengalami gejala iritasi usus, 12% karena stres, 9% karena gastritis, 6% karena sembelit, 6% karena depresi, dan 4% karena penyebab lainnya.

Sementara itu, 30% dari mereka diberi pengobatan untuk kondisi kesehatan lain dan 13% diberi tahu tidak sakit apa-apa.

Menurut Goff, salah satu masalah utama di sini adalah cara membedakan gejala kanker ovarium dengan kondisi saluran cerna atau saluran kemih.

"Untuk memudahkan deteksi dini kanker ovarium, saya dan tim membandingkan gejala yang dialami pasien kanker ovarium dengan pasien tanpa kanker ovarium," imbuh Goff.

Mereka membuat indeks untuk mengidentifikasi 6 gejala penting kanker ovarium, yakni kembung, peningkatan ukuran perut, merasa cepat kenyang, nyeri panggul, dan nyeri perut.

Gejala tersebut setidaknya terjadi lebih dari 12 kali sebulan tetapi telah berlangsung selama kurang dari satu tahun.

"Berdasarkan kriteria ini, indeks kami mampu mendeteksi kanker ovarium pada 60% hingga 85% pasien, kisaran serupa dengan yang dicapai melalui tes darah diagnostik untuk kanker ovarium," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI