Flu hingga Sakit Tenggorokan Bisa Jadi Gejala Penyakit Jantung, Ini Kata Ahli!

Sabtu, 23 April 2022 | 16:00 WIB
Flu hingga Sakit Tenggorokan Bisa Jadi Gejala Penyakit Jantung, Ini Kata Ahli!
Ilustrasi flu, radang tenggorokan (Freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Miokarditis adalah peradangan otot jantung yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus. Dalam kasus yang jarang terjadi, miokarditis adalah hasil dari reaksi toksin terhadap obat.

Miokarditis ini merupakan kondisi serius yang mempengaruhi kapasitas jantung untuk memompa darah, yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke semua organ.

Peradangan jantung atau miokarditis yang disebabkan oleh virus menurunkan kekuatan kontraksi dan kemampuannya untuk memasok darah ke tubuh.

Dalam kasus miokarditis yang tidak terlalu parah, seseorang mungkin tidak mengalami gejala apa pun. Tapi, mereka mungkin merasakan gejala yang mirip dengan flu, seperti sakit kepala, demam, sakit tenggorokan, nyeri sendi dan diare.

Baca Juga: Peneliti: Orang Gangguan Kejiwaan Berisiko Terinfeksi Virus Corona Meski Sudah Vaksin Covid-19

Dalam kasus ringan, gejala halus termasuk nyeri dada ringan atau sesak napas. Dalam kasus yang parah, jantung menjadi terlalu lemah untuk memompa cukup darah ke seluruh tubuh Anda.

Ilustrasi Penyakit Jantung/freepik/jcomp
Ilustrasi Penyakit Jantung/freepik/jcomp

Seseorang juga lebih rentan terhadap pembentukan gumpalan di jantung Anda, yang dapat menyebabkan stroke atau serangan jantung.

Beberapa penyebab miokarditis bisa meliputi:

  1. Virus, termasuk yang menyebabkan penyakit seperti flu, pilek, rubella (campak Jerman), gastroenteritis, mononukleosis (mono), dan HIV dan AIDS.
  2. Bakteri, termasuk yang menyebabkan radang tenggorokan, infeksi staph, difteri, dan penyakit Lyme.
  3. Parasites
  4. Obat-obatan
  5. Gangguan autoimun
  6. Paparan zat beracun tertentu

Sebuah studi Denmark yang diterbitkan di BMJ menyelidiki hubungan antara vaksinasi SARS-CoV-2 dan miokarditis.

Penelitian tersebut melibatkan 4.931.775 individu berusia 12 tahun ke atas yang diikuti mulai 1 Oktober 2020 hingga 5 Oktober 2021.

Baca Juga: Ahli Temukan Jenis Kelelahan Berbeda Akibat Virus Corona Covid-19 Pada Lansia

Selama masa tindak lanjut, 269 peserta mengembangkan miokarditis, di antaranya 108 (40 persen) berusia 12-39 tahun dan 196 (73 persen) adalah laki-laki.

"Dari 3.482.295 orang yang divaksinasi dengan BNT162b2 (Pfizer-BioNTech), 48 mengembangkan miokarditis dalam waktu 28 hari sejak vaksinasi dibandingkan dengan orang yang tidak vaksinasi," jelas penelitian dikutip dari Express.

Ahli epidemiologi Profesor Rickard Ljung dari Badan Produk Medis Swedia mengeksplorasi lebih lanjut hal ini dalam sebuah studi baru-baru ini yang menyelidiki data kesehatan dari total sekitar 23,1 juta orang dari Denmark, Finlandia, Norwegia, dan Swedia dari akhir Desember 2020 hingga awal Oktober 2021.

Tim mencari insiden miokarditis dan perikarditis dengan mempertimbangkan jenis kelamin subjek, usia dan vaksinasi secara spesifik.

Mereka secara khusus berfokus pada kasus-kasus di mana kondisi jantung yang meradang berkembang dalam 28 hari setelah vaksinasi pertama maupun kedua.

Secara keseluruhan, tim mengidentifikasi 1.077 kasus miokarditis dan 1.149 perikarditis di antara empat kelompok studi mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI